Thursday, June 30, 2011

Farmakologi



Diuretika
Diuretika adalah zat – zat yeng memperbanyak pengeluaran  urine (diuresis) akibat pengaruh langsung terhadap ginjal. Zat – zat lain yang meskipun juga menyebabkan diuresis tetapi tidak mempengaruhi ginjal secara langsung, adalah :
·                     Obat – obat yang memperkuat kontraksi jantung, misalnya Digitalis, Teofilin, dll.
·                     Zat – zat yang memperbesar volume darah, seperti Plasma, Dextran
·                     Zat yang merintangi sekresi hormon anti diuretik, misalnya air, alkohol, dan larutan – larutan hipotonik
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian  darah dengan jalan mengeluarkan  semua zat asing dan sisa metabolisme  dalam darah. Berperan juga memelihara homeostatis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstra sel, Memelihara volume total dan susunan cairan ekstra sel.
 Proses diuresis dimulai dengan proses filtrasi yang terjadi di glomeruli, yang hasilnya berupa ultra filtrat (mengandung air dan elektrolit), ditampung pada kapsul Bowman yang terdapat disekeliling glomeruli. Disalurkan ke kandung kemih dengan melintasi saluran – saluran seperti tubuli proksimal, lengkung Henle, tubuli distal dan saluran pengumpul (ductus colligens). Pada tiap saluran yang dilewati, terjadi reabsorpsi zat tertentu.
1.                  Mekanisme Kerja :Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion – ion Na+, sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terhadap tubuli ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu : Pada tubuli proksimal, disini 70% ultra filtrat diserap kembali (Glukosa, Ureum, ion Na+ dan Cl- ). Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma. Diuretik osmotik (Manitol, Sorbitol, Gliserol) juga bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi  ion   Na+ dan Cl- .Pada lengkungan Henle (Henle’s loop) 20% ion Cl- diangkut secara aktif ke dalam sel tubuli dan disusul secara pasif oleh ion  Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrat  menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretika lengkungan (diuretika kuat seperti Furosemida, Bumetamida, Asam Etakrinat) bekerja di sini dengan merintangi transpor Cl- . Pada tubuli distal bagian depan ujung  Henle’s loop dalam cortex, di sini ion    Na+ diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonik.Saluretika (zat –zat Thiazida, Klortalidon, Mefruzida dan Klopamida) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi ion Na+ dan Cl- .Pada tubuli distal bagian belakang, di sini ion Na+ diserap kembali secar aktif, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+ dan HH4+. Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Zat – zat penghemat kalium (Spirolanton, Thiamteren dan Amilorida) bekerja di sini dengan mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, terjadi retensi kalium (antagonis aldosteron). Reabsorpsi air terutama berlangsung di saluran pengumpul (ductus colligens), dan di sini bekerja hormon anti diuterik (vasopresin).
n    2. Penggolongan
Diuretika dengan kerja umum , Berdasarkan daya diuretiknya, diuretik kerja umum dapat dibagi 3 golongan :
                    Berdaya kerja kuat (diuretika lengkungan), misalnya Furosemida, Bumetanida dan Asam Etakrinat. Diuretika ini bekerja cepat tetapi singkat, hanya 4  - 6 jam. Lebih kurang 20% dari jumlah ion Na+ dalam filtrat diekskresi. Digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak atau paru – paru.
                    Berdaya kerja sedang (saluretika), misalnya Hidroklorthiazida, Klortalidon, Klopamida, Indapamida. Mengekskresi 5% - 10% ion Na+ dalam tubuli distal bagian depan. Digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi atau bermacam – macam udema.
                    Berdaya kerja lemah (diuretika hemat kalium), misalnya Spironolakton, Amilorida dan Traimteren. Hanya sedikit mengekskresi ion Na+ (kurang dari 5%) pada tubuli distal bagian atas.
Diuretika dengan kerja khusus ,Obat – obat lain yang mempunyai efek samping diuresis karena mempertinggi filtrasi glomeruli dengan beberapa cara, yaitu :Mempertinggi volume menit jantung, misalnya Digitalis, Memperbesar volume darah, seperti plasma, dan Vasodilatasi di dalam ginjal, misalnya Teofilin
3. Penggunaan : Diuretika digunakan  pada keadaan dimana dikehendaki pengeluaran urinelebih banyak, terutama pada :
·            Udema :Yaitu suatu keadaan kelebihan air dijaringan, misalnya pada dekompensasi jantung setelah infark, dimana sirkulasi darah  tidak berlangsung sempurna lagi, dan air tertimbun di paru – paru ; atau pada ascites (busung perut) dimana air tertimbun di dalam rongga perut ; atau pada penyakit – penyakit ginjal.
·            Hipertensi : Untuk mengurangi volume darah agar tekanan  menurun. Diuretika mempunyai sifat memperkuat obat – obat hipertensi sehingga sering dikombinasi dengan obat – obat tersebut.
·            Diabetes inspidus :  Produksi air kemih berlebihan, dalam hal ini diuretika justru mengurangi poliurea.
·            Batu ginjal  :Untuk membantu mengeluarkan endapan kristal dari ginjal dan saluran kemih.
4. Efek Samping
n    Hipokalemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah. Disebabkan oleh diuretika yang bekerja pada tubuli distal bagian depan memperbesar eksksresi ion K+ dan H+ yang ditukar dengan ion Na+.
n    Hiperurikemia, disebabkan oleh adanya saingan antara diuretika dengan asam urat pada transportasi di tubuli. Dapat dicegah dengan pemberian Allupurinol dan Probenesid.
n    Hiperglikemia, yaitu meningginya kadar kolesterol dan trigliserida disebabkan karena menurunnya kadar HDL terutama oleh Klortalidon. Kecuali Indapamin tidak mempengaruhi lipida.
n    Hipoatremia dan alkalosis, terutama oleh diuretika kuat sehingga kadar Na+ dalam plasma menurun drastis. Disamping itu juga meningkatkan ekskresi asam, sehingga terjadi alkalosis. Gejalanya : gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk dan kolaps). Berkurangnya ion Na+ dan K+ dapat menyebabkan hipotensi. Furosemida dan Asam Etakrinat dapat pula menyebabkan alkalosis, karena banyaknya pengeluaran  ion Cl-.Gangguan lain, pada lambung, usus, mual, muntah, diare, rasa letih, nyeri kepala, dan pusing.
5. Obat  Diuretika
Amilorida : Indikasi:Udema dan hipertensi apabila hipokalemia sulit dihindarkan dengan kalium tambahan. Mekanisme kerja:Turunan Triamterene ini bekerja lambat (setelah 6 jam), efeknya bertahan selama 24 jam. Kontra indikasi:Gagal ginjal kronik dan akut, anuria, hiperkalemia, anak – anak , pasien yang sedang diobati dengan diuretika hemat kalium .Efek samping:Fotosensibilisasi, impotensi (jarang terjadi)Sediaan:Tablet 50 mg (Lorinid®)
Furosemida :Indikasi:Efektif pada udema otak dan paru – paru yang akut, insufisiensi ginjal dan hipertensi, keracunan barbiturat (diuresis paksa). Mekanisme kerja:Merupakan diuretika kuat, bekerja pada Henle’s loop. Efek per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan selama 4 – 6 jam. Kontra indikasi:Anuria, nefritis akut. Efek samping:Gangguan saluran cerna (mual dan mulut kering), pada injeksi i.v. yang terlalu cepat dapat terjadi ketulian (jarang terjadi), hipotensi. Sediaan:Injeksi, tablet
Hidroklortiazida : Sering dipakai dalam kombinasi dengan anti hipertensi yang berhubungan dengan berkurangnya volume plasma dan penurunan daya tahan dinding pembuluh. Titik kerja pada tubli distal bagian depan. Efek setelah 1 jam, bertahan selama 12 – 18 jam.
Glukosa :Diuretika terhadap udema otak dan paru – paru.
Asam Etakrinat : Indikasi:Efektif pada udema otak dan paru – paru yang akut. Digunakan juga pada insufisiensi ginjal dan hipertensi. Mekanisme kerja:Merupakan diuretika kuat, bekerja pada Henle’s loop. Efek per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan selama 6 – 8 jam. Kontra indikasi:Tidak boleh diberikan pada anak – anak dibawah 2 tahun dan pada wanita hamil / menyusui. Efek samping:Gangguan lambung
Klortalidon : Indikasi:Udema yang disebabkan gangguan fungsi hati, ginjal, jantung. Sering juga dipakai dalam kombinasi dengan anti hipertensi yang berhubungan dengan berkurangnya volume plasma dan penurunan daya tahan dinding pembuluh. Mekanisme kerja: Titik kerja pada tubli distal bagian depan. Efek setelah 2 jam, bertahan selama 24 – 48 jam. Kontra indikasi:Insufisiensi ginjal, aterosklerosis koroner atau otak. Hati – hati pada penderita diabetes mellitus. Efek samping:Sediaan:Tablet
Spironolakton : Indikasi:Daya diuresisnya lemah, karena itu digunakan sebagai kombinasi bersama diuretik umum. Penggunaannya pada hipertensi essensial, udema pada payah jantung kongestif Mekanisme kerja:Merupakan penghambat aldosteron, mulai kerja lambat  (sesudah 2 – 4 jam), efek bertahan selama beberapa hari setelah pemberian dihentikan. Termasuk diuretika hemat kalium.  Kontra indikasi:Hiperkalemia, gagal ginjal parahEfek samping:Berupa umum, pada penggumaan yang lama dapat menimbulkan impotensi (pada pria) dan nyeri payudara dan gangguan haid  (pada wanita)
Triamterene : Kerjanya mirip spironolakton, menghambat pertukaran ion Na+, K+ dan H+ dalam tubuli distal. Efeknya setelah 2 – 4 jam, bertahan selama 8 jam.
Asetazolamida : Indikasi:Jarang digunakan sebagai diuretika. Hanya digunakan untuk mengurangi sekresi cairan dalam mata untuk menurunkan tekanan intra okuler (pada kasus glaukoma)> Mekanisme kerja:Kerjanya sebagai perintang enzim karbo-anhidrase, ekskresi ion Na+, K+ dan bikarbonat bertambah.Kontra indikasi:Disfungsi ginjal dan hati,tTidak dianjurkan penggunaannya pada wanita hamil.

OBAT KONTRASEPSI
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan terbatasnya pangan, banyak negara menyadari pentingnya pembatasan kelahiran, terutama negara berkembang seperti Indonesia yang tengah berupaya mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan, pembatasan kelahiran suatu keharusan. Cara yang dilaksanakan untuk hal ini adalah program keluarga berencana (KB).
KB memiliki tujuan antara lain :
        mencegah mortalitas ibu dan anak  dengan menghindari kehamilan resiko tinggi
        mengurangi angka kesakitan
        menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
        mengatur jarak kehamilan
        menentukan jumlah anak dalam keluarga
Salah satu cara pembatasan kelahiran adalah dengan pencegahan kehamilan menggunakan obat – obat kontrasepsi Obat kontrasepsi ini dapat berupa
        Yang digunakan per oral : misalnya pil KB
        Suntikan
        Alat dalam saluran reproduksi, seperti kondom, pessarium (kondom wanita), IUD
        Obat topikal intravaginal yang bersifat spermicida, misalnya tablet busa, tissue KB
        Pil Implan (susuk KB)
        Operasi (tubektomi dan vasektomi
 Mekanisme kerja
        Perintang ovulasi, yaitu estrogen dan progesteron dalam dosis yang sesuai, mampu menekan sekresi gonadotropin dari hipofisa sehingga proses pematangan sel telur terhambat.
        Pengentalan lendir cervix, lazimnya cervix tertutup lendir yang selama masa subur menjadi encer, sehingga memudahkan masuknya sel sperma ke dalam uterus. Karena pengaruh progesteron, lendir tersebut menjadi kental sehingga sel sperma tidak mampu menembusnya.
         Pil mini dan pil suntik yang mengandung progesteron tanpa estrogen bekerja menurut prinsip ini.
        Khasiat terhadap endometrium, karena pengaruh kedua hormon, endometrium hanya berkembang dan sedikit berproliferasi, tidak mengalami fase sekresi dan justru menyusut, sehingga penyarangan sel telur tidak terjadi.
Jenis pil dan penggunaannya
Pil kombinasi
        Berisi estrogen dan progesteron . Mulai ditelan pada haid hari pertama atau ke lima, selama 20 – 21 hari, dilanjutkan dengan 7 pil kosong (plasebo) atau istirahat selama 7 hari. Pada waktu istirahat inilah umumnya terjadi perdarahan yang mirip haid biasa. Keamanannya hampir sempurna (99,9% berhasil) bila tidak lupa menelannya setiap hari.
Pil bertahap
Tidak semua pil untuk semua periode pemakaian mengandung komponen dan kadar yang sama. Pentahapan ini dimaksudkan untuk meniru variasi hormon alamiah selama siklus setiap bulannya.
Yang termasuk jenis pil ini adalah pil bifasis, terdiri dari 7 tablet yang hanya mengandung estrogen dan 15 tablet lainnya merupakan pil kombinasi, dengan estrogen dan progesteron.
Pil mini
        Mengandung dosis kecil progesteron saja, yaitu linestrenol dan noretisteron. Mulai ditelan pada hari haid pertama secara terus menerus tanpa istirahat.
Pil suntik
Sebetulnya bukan pil, tapi injeksi yang hanya mengandung progestagen dengan kerja panjang, yaitu medroksiprogesteron. Diberikan tiga bulan sekali, per injeksi intra muscular.
Morning after pil
Mengandung estrogen dalam dosis tinggi, yaitu etinilestradiol 3 – 5 mg. Jenis pil ini khusus digunakan sesudah persetubuhan “tanpa perlindungan”. Mulai ditelan selambat – lambatnya 24 jam kemudian, selama lima hari berturut – turut, biasanya pada pagi hari.
Pil kombinasi dapat pula digunakan untuk maksud yang sama dengan toleransi yang baik.
Pil tersebut mengandung etinilestradiol 100 mcg dan levonorgestrel 500 mcg, harus ditelan 2 kali dengan interval 12 jam
Faktor – faktor yang mempengaruhi keamanan pil
Terlupa menelan
Bila terlupa satu pil, maka dalam waktu tidak lebih dari 12 jam pil itu harus di telan. Bila lebih dari 12 jam atau terlupa lebih dari 2 pil, maka keamana pil tidak dapat dipercaya lagi.
Gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah, menyebabkan penyerapannya tidak sempurna.
Pengaruh obat lain
Beberapa obat dapat mengurangi efektifitas pil dengan jalan induksi enzim, sehingga hormon dari pil dipercepat penguraiannya.
Obat – obat tersebut adalah Fenobarbital, Fenitoin, Glutetimida dan Rifampisin.
        Penggunaan lain
Selain untuk mencegah kehamilan, pil KB juga digunakan untuk :
        Menunda haid
        Karena suatu keperluan, penundaan tersebut jangan lebih lama dari 8 hari karena resiko perdarahan-antara bertambah besar.
        Caranya, setelah pil terakhir dari suatu kur habis, jangan istirahat, tetapi lanjtkan dengan kur baru.
         Bila misalnya dikehendaki penundaan 6 hari, setelah itu baru istirahat.
        Terapi substitusi pada klimakterium dan mencegah gangguan siklus.
Efek Samping
        Pil anti hamil dapat menimbulkan efek samping yang bersifat ringan maupun ayng berbahaya.
        Efek samping ringan yang sering terjadi biasanya berkurang atau lenyap sendiri setelah beberapa bulan pemakaian adalah :
        Mula, nyeri kepala, umumnya karena estrogen
        Rasa lelah, gelisah dan mudah tersinggung, libido berkurang, umumnya karena komponen progesteron.
        Perdarahan tidak teratur yang berupa spotting atau haid anatra, kebanyakan karena kekurangan estrogen
        Depresi
        Infeksi candida dan mungkin trichomonas, yang menyebabkan keputihan.
        Efek samping yang lebih serius, merupakan resiko penggunaan pil anti hamil adalah
        Infark jantung
        Hipertensi, akibat retensi garam dan air
        Trombosis
        Mempertinggi LDL – kolsterol, sehingga memperbesar resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Kontra indikasi
        Pil anti hamil tidak boleh diberikan pada penderita atau bila terdapat riwayat
         trombosis,
         kanker payudara,
        hepatitis dan
        hiperlipidemia.
        Penggunaannya harus hati – hati terhadap penderita penyakit jantung dan pembuluh, hipertensi, udema, gangguan endokrin (diabetes, hipertiroid) dan migrain
Obat – Obat Kontrasepsi
        Pil Bifasis  :
        1.Levonorgestrel+Etinilestradiol
Microgynon ( Schering )
Per tablet mengandung :Levonorgestrel  150 mcg dan Etinilestradiol 30 mcgTablet ,
Nordette -28 (Wyeth-Ayerst)

        2.Lynestrenol +Ethinylestradiol
a.Lyndiol,
Mendandung Lynd. 2,5mg; Eth.50mcg Per tablet (Organon)
b.Ovostat 28
Per tablet :Mengandung Lynd. 1mgEth. 50mcg  (Organon)
Pil Mini
3.Linestrenol
Nama dagang :Excluton0,5 mg/tablet
`               Prod :Organon,
o   Implant
4.Levonorgestrel
Nama dagang:Norplant
Sediaan: Implan 36 mg, Prod:Leiras Oy
5.Etonogestrel
Nama dagang Implanon,sediaan:Implan Limas 68 mg. Prod: Organon


Obat Kontrasepsi
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan terbatasnya pangan, banyak negara menyadari pentingnya pembatasan kelahiran, terutama negara berkembang seperti Indonesia yang tengah berupaya mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan, pembatasan kelahiran suatu keharusan. Cara yang dilaksanakan untuk hal ini adalah program keluarga berencana (KB).
KB memiliki tujuan antara lain :
        mencegah mortalitas ibu dan anak  dengan menghindari kehamilan resiko tinggi
        mengurangi angka kesakitan
        menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
        mengatur jarak kehamilan
        menentukan jumlah anak dalam keluarga
Salah satu cara pembatasan kelahiran adalah dengan pencegahan kehamilan menggunakan obat – obat kontrasepsi Obat kontrasepsi ini dapat berupa
        Yang digunakan per oral : misalnya pil KB
        Suntikan
        Alat dalam saluran reproduksi, seperti kondom, pessarium (kondom wanita), IUD
        Obat topikal intravaginal yang bersifat spermicida, misalnya tablet busa, tissue KB
        Pil Implan (susuk KB)
        Operasi (tubektomi dan vasektomi
 Mekanisme kerja
        Perintang ovulasi, yaitu estrogen dan progesteron dalam dosis yang sesuai, mampu menekan sekresi gonadotropin dari hipofisa sehingga proses pematangan sel telur terhambat.
        Pengentalan lendir cervix, lazimnya cervix tertutup lendir yang selama masa subur menjadi encer, sehingga memudahkan masuknya sel sperma ke dalam uterus. Karena pengaruh progesteron, lendir tersebut menjadi kental sehingga sel sperma tidak mampu menembusnya.
         Pil mini dan pil suntik yang mengandung progesteron tanpa estrogen bekerja menurut prinsip ini.
        Khasiat terhadap endometrium, karena pengaruh kedua hormon, endometrium hanya berkembang dan sedikit berproliferasi, tidak mengalami fase sekresi dan justru menyusut, sehingga penyarangan sel telur tidak terjadi.
Jenis pil dan penggunaannya
Pil kombinasi
        Berisi estrogen dan progesteron . Mulai ditelan pada haid hari pertama atau ke lima, selama 20 – 21 hari, dilanjutkan dengan 7 pil kosong (plasebo) atau istirahat selama 7 hari. Pada waktu istirahat inilah umumnya terjadi perdarahan yang mirip haid biasa. Keamanannya hampir sempurna (99,9% berhasil) bila tidak lupa menelannya setiap hari.
Pil bertahap
Tidak semua pil untuk semua periode pemakaian mengandung komponen dan kadar yang sama. Pentahapan ini dimaksudkan untuk meniru variasi hormon alamiah selama siklus setiap bulannya.
Yang termasuk jenis pil ini adalah pil bifasis, terdiri dari 7 tablet yang hanya mengandung estrogen dan 15 tablet lainnya merupakan pil kombinasi, dengan estrogen dan progesteron.
Pil mini
        Mengandung dosis kecil progesteron saja, yaitu linestrenol dan noretisteron. Mulai ditelan pada hari haid pertama secara terus menerus tanpa istirahat.
Pil suntik
Sebetulnya bukan pil, tapi injeksi yang hanya mengandung progestagen dengan kerja panjang, yaitu medroksiprogesteron. Diberikan tiga bulan sekali, per injeksi intra muscular.
Morning after pil
Mengandung estrogen dalam dosis tinggi, yaitu etinilestradiol 3 – 5 mg. Jenis pil ini khusus digunakan sesudah persetubuhan “tanpa perlindungan”. Mulai ditelan selambat – lambatnya 24 jam kemudian, selama lima hari berturut – turut, biasanya pada pagi hari.
Pil kombinasi dapat pula digunakan untuk maksud yang sama dengan toleransi yang baik.
Pil tersebut mengandung etinilestradiol 100 mcg dan levonorgestrel 500 mcg, harus ditelan 2 kali dengan interval 12 jam
Faktor – faktor yang mempengaruhi keamanan pil
Terlupa menelan
Bila terlupa satu pil, maka dalam waktu tidak lebih dari 12 jam pil itu harus di telan. Bila lebih dari 12 jam atau terlupa lebih dari 2 pil, maka keamana pil tidak dapat dipercaya lagi.
Gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah, menyebabkan penyerapannya tidak sempurna.
Pengaruh obat lain
Beberapa obat dapat mengurangi efektifitas pil dengan jalan induksi enzim, sehingga hormon dari pil dipercepat penguraiannya.
Obat – obat tersebut adalah Fenobarbital, Fenitoin, Glutetimida dan Rifampisin.
        Penggunaan lain
Selain untuk mencegah kehamilan, pil KB juga digunakan untuk :
        Menunda haid
        Karena suatu keperluan, penundaan tersebut jangan lebih lama dari 8 hari karena resiko perdarahan-antara bertambah besar.
        Caranya, setelah pil terakhir dari suatu kur habis, jangan istirahat, tetapi lanjtkan dengan kur baru.
         Bila misalnya dikehendaki penundaan 6 hari, setelah itu baru istirahat.
        Terapi substitusi pada klimakterium dan mencegah gangguan siklus.
Efek Samping
        Pil anti hamil dapat menimbulkan efek samping yang bersifat ringan maupun ayng berbahaya.
        Efek samping ringan yang sering terjadi biasanya berkurang atau lenyap sendiri setelah beberapa bulan pemakaian adalah :
        Mula, nyeri kepala, umumnya karena estrogen
        Rasa lelah, gelisah dan mudah tersinggung, libido berkurang, umumnya karena komponen progesteron.
        Perdarahan tidak teratur yang berupa spotting atau haid anatra, kebanyakan karena kekurangan estrogen
        Depresi
        Infeksi candida dan mungkin trichomonas, yang menyebabkan keputihan.
        Efek samping yang lebih serius, merupakan resiko penggunaan pil anti hamil adalah
        Infark jantung
        Hipertensi, akibat retensi garam dan air
        Trombosis
        Mempertinggi LDL – kolsterol, sehingga memperbesar resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Kontra indikasi
        Pil anti hamil tidak boleh diberikan pada penderita atau bila terdapat riwayat
         trombosis,
         kanker payudara,
        hepatitis dan
        hiperlipidemia.
        Penggunaannya harus hati – hati terhadap penderita penyakit jantung dan pembuluh, hipertensi, udema, gangguan endokrin (diabetes, hipertiroid) dan migrain
Obat – Obat Kontrasepsi
        Pil Bifasis  :
        1.Levonorgestrel+Etinilestradiol
Microgynon ( Schering )
Per tablet mengandung :Levonorgestrel  150 mcg dan Etinilestradiol 30 mcgTablet ,
Nordette -28 (Wyeth-Ayerst)

        2.Lynestrenol +Ethinylestradiol
a.Lyndiol,
Mendandung Lynd. 2,5mg; Eth.50mcg Per tablet (Organon)
b.Ovostat 28
Per tablet :Mengandung Lynd. 1mgEth. 50mcg  (Organon)
Pil Mini
3.Linestrenol
Nama dagang :Excluton0,5 mg/tablet
`               Prod :Organon,
o   Implant
4.Levonorgestrel
Nama dagang:Norplant
Sediaan: Implan 36 mg, Prod:Leiras Oy
5.Etonogestrel
Nama dagang Implanon,sediaan:Implan Limas 68 mg. Prod: Organon


KORTIKOSTEROID
          Anak ginjal dan hormon-hormonnya
          Anak ginjal atau kelenjar adrenal adalah organ kecil yang mendampingi ginjal pada bagian atasnya.
          Bagian medula anak ginjal menghasilkan adrenalin.
          Bagian korteks anak ginjal menghasilkan 3 jenis hormon steroida
          3 jenis hormon steroida yaitu:
a.Kortisol ( hidrokortison).
   Termasuk glukocortikoida khasiat  utamanya yaitu    terhadap  metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Produksi kortisol sehari 15-30 mg.
b. Aldosteron dan sedikit DOC (desoksikortikosteron).
    Termasuk kelompok mineralokortikoid
    Khasiat  utamanya terhadap metabolisme mineral   (garam), air.
    Produksi aldosteron 0,1 – 0,2 mg sehari.
c. Hormon-hormon kelamin
    Androgen dan estrogen dalam jumlah kecil.
          Produksi hormon kortisol dan hormon kelamin dipengaruhi oleh hormon adenohipofisis ACTH
          ( Adreno Cortico Tropic Hormon ) diatur oleh CRF ( corticotropin releasing hormon) dari hipotalamus.
          Produksi ACTH dihambat oleh kortisol melalui mekanisme feedback negatif dikenal dg sistem H-H-A
          ( Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal)
          Produksi mineralokortikoid tidak dipengaruhi oleh ACTH tapi oleh kadar mineral, terutama kadar natrium dan kalium dalam darah dan volume plasma yang mengalir melalui ginjal.
          Khasiat kortisol:
1.Efek glukokortikoid.
   Kortisol mempertinggi pembentukan karbohidrat dari protein,  Sehingga perombakan protein dipercepat dan  kadar gula dalam darah meningkat,  Dapat menimbulkan  penyakit diabetes   ( efek diadetogen, efek antiinsulin). Pemberian kortisol menyebabkan pembentukan asam lemak bertambah, terutama di  - muka , - pundak, - perut  
2.Efek mineralokortikoid.
   Absorpsi kembali natrium dan air dalam tubuli ginjal dipertinggi,
                                - ekskresi Na dikurangi
                                - ekskresi K dipertinggi
3. Efek antiinflamasi dan antialergi.
              Kortisol dapat melawan semua bentuk peradangan    terutama peradangan selaput lendir.
              Efek antiradang ini berdasarkan:
        Vasokontriksi dan penurunan  permeabilitas kapiler      yang berakibat lenyapnya udema yang menyertai
       peradangan.
          Perintang terbentuknya mediator radang/nyeri    yang menyebabkan vasodilatasi dan
      peninggian    permeabilitas membran.
          Efek stabilisasi membran lisosom. Bila lisosom pecah enzim akan keluar
4. Efek Calciprive (kehilangan kalsium)
       Efek ini yaitu menarik kalsium dari  otot skelet,akibatnya kerangka    menj adi keropos dan tulang   mudah   patah
  
5. Efek immunosupresi.
    - Efek menekan reaksi penangkis   tubuh     seperti yang terjadi pada transplantasi organ.
    - Khasiat ini berdasarkan efek  melarutkan terhadap     jaringan  limpa dengan efek menyusut  serta berkurangnyapembentukan   antibodi.
6. Supresi sistem H-H-A.
    - Kortisol memperlambat produksi ACTH, shg mengurangi aktivitas anak ginjal yang akhirnya
     dapat menyusut (atrofia).
    - Dalam keadaan normal produksi kortisol dan ACTH berlangsung secara ritmis yang puncaknya pada pagi hari dan sedikit pada malam hari.
    - Dalam keadaan darurat anak ginjal dapat   segera  menghasilkan kortisol dalam jumlah
      yang besar (300 mg atau lebih) melalui stimulasi oleh ACTH.
          Penggunaan sistemik
          Awalnya penggunaan kortisol untuk terapi substitusi pada insufisiensi anak ginjal.
          Penggunaan kortisol terbanyak adalah pada terapi nonspesifik berdasarkan khasiat antiradang, antialergi, dan immunosupresinya.
          Juga berdasarkan sifatnya yang menghilangkan rasa sakit, memberikan rasa nyaman dan segar pada pasien.
Indikasi :
          Rematik dan encok akut, radang usus (Colitis)
          Penyakit alergi dan asma berat
          Kanker payudara, leukimia
          Penyakit autoimun (anemia hemolytica)
          Transplantasi organ
          Prednison dan prednisolon dianggap sebagai obat pilihan utama untuk pemakaian sistemik karena efek terapinya baik sedangkan efek sampingnya relatif ringan.
Terjadinya efek samping tergantung dari dosis yang digunakan, frekwensi pemakaian dan lamanya.
          Pemakaian kortikosteroid hendaknya sesingkat mungkin, karena makin lama pemakaian maka fungsi anak ginjal makin lama tidak aktif memproduksi kortisol.
          Untuk memulihkan fungsinya perlu waktu 3-6 bulan     setelah pemakaian dihentikan.
          Derivat fluor tidak dianjurkan untuk pemakaian sistemik karena kerjanya panjang dan efek sampingnya kuat seperti miopathy dan atrofia anak ginjal( deksametazon)
          Dosis prednisolon 10 mg pagi hari jam 8 pagi setelah kortisol diproduksi puncak oleh sistem H-H-A.
          Keadaan akut bisa 50 mg setiap pagi atau 100 mg setiap 48 jam.
          Penghentiannya bertahap sampai 5 mg setiap 24 jamuntuk memberikan kesempatan sistem H-H-A aktif kembali. Kalau dihentikan mendadak akan terjadi
   gejala putus obat seperti demam, nyeri otot dan sendi
          Penggunaan Lokal
a.Kulit
          Kortikosteroid dapat menyembuhkan eksim, dermatits kronis, psoriasis (kulit bersisik), gatal-gatal, tetapi penyakit sering kambuh kembali, sehingga penggunaannya hanya untuk penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan oleh obat kulit biasa seperti asam salisilat.
          Dapat timbul efek sistemik khususnya penghambatan H-H-A sehingga insufisiensi anak ginjal.
          Derivat fluor banyak digunakan, karena efek tersebut ringan.
          Terapi oklusi akan mempertinggi absorpsinya sampai 10 kali sehingga efek sistemiknya tinggi.
          Efek samping lokal karena penggunaan lama  adalah atrofia kulit ,kulit menjadi tipis, mudah terbuka dan timbul garis-garis.
          Kombinasi dengan obat lokal lain seperti asam salisilat akan memperkuat efeknya.
          Misal : Locacorten tar, Locasalen (Ciba)
          Kombinasi dengan kemoterapetikum untuk dermatosis disertai infeksi oleh bakteri.
          Misal: Vio-Cortone dari KF, Remiderm (Suibb).
          Kombinasi dengan antibiotika dikhawatirkan resistensi dan sensitisasi, bila perlu diberikan antibiotika yang tidak sensitif seperti tetrasiklin dan yang tidak digunakan sistemik(neomisin, basitrasin, polimiksin, framisetin).
          Yang sering digunakan: hidrkortison, betametason, flumetasun, fluosinolon.
b.Mata
          Hanya untuk terapi yang sangat pendek:
       - radang selaput mata ( conjungtivitis)
       - radang selaput bening ( keratitis)
       - radang pinggir kelopak mata
       ( plebharitis)
              Yang sering digunakan:
      medrison, fluorometolon, prednisolon
      dan kortisol.
              Efek samping: glaukoma dan katarak.
c.Intra artikuler
Untuk radang sendi kortikosteroid dapat diberikan
dengandisuntikkan langsung diantara sendi-sendi
Untuk mencapai efek lokal.
Yang sering digunakan:
Hidrokortison asetat dan metilprednisolon asetat.
d.Inhalasi
Beklometason digunakan sebagai aerosol pada     
asma untuk mencapai efel lokal pada bronkhus.
Pada dosis biasa tikak bekerja sistemik
          Reaksi-reaksi stress:
          Stres berupa luka, perdarahan, kedinginan atau panas emosi yang disebabkan takut dan kaget,X-ray dan keracunan, menyebabkan tubuh berusaha untuk menagkis.
          Hipofisis melepaskan ACTH berlebihan yang menstimulir anak ginjal memproduksi kortisol 10-15 kali normal untuk melawan berbagai akibat stres tersebut seperti radang, demam sehingga kortisol disebut sebagai hormon penangkis.
          Bila stress berlangsung lama tubuh akan mengalami adaptasi tapi, timbul penyakit hipertensi, asma, rematik
          Efek samping:
Efek samping bisa terjadi setelah pemakaian 1 minggu.
1.Efek glukokortikoid
          Muka bundar seperti bulan ( moon face), bahu bungkuk
  ( buffalo hump) akibat redistribusi lemak.
          Diabetes tersembunyi menjadi nyata dan diabetes yang sudah ada bertambah buruk (efek diabetogen)
2. Mineralokortikoid
              Udema dan hipertensi berat akibat retensi garam (Na) 
       dan air,hipokalemia akibat kehilangan kalium dan
        nycturia buang air seni banyak dan sering malam hari
3. Efek katabolik perifer:
    Osteoporosis akibat penarikan kalsium dari kerangka
    Atrofia otot berupa keletihan dan kelemahan otot.
    Perintangan pertumbuhan pada anak.
4. Mengurang daya tangkis tubuh
    Mudah terserang infeksi bakteri, virus danj amur.
5. Efek ulserogen
    Memperberat tukak lambung yang sudah ada, dan
    menyebabkan tukak lambung bagi yang sehat karena
    penghambatan biosintesis prostaglandin.
6. Efek terhadap SSP:
    Stimulasi dengan euforia, gelisah dan rasa takut,
    Sukar tidur dan depresi.
7. Efek androgen dari terapi ACTH
    Produksi androgen diperbanyak pada wanita bisa
    terjadi acne dan amenorea
8. Supresi anak ginjal melalui sistem H-H-A.
    Kortisol menekan produksi ACTH shg stimulasi anak
    ginjal untuk memproduksi hormonnya berkurang dan
    anak ginjal menyusut (atrofia).
          Contoh obatnya
1.ACTH
             Hanya digunakan dalam bentuk injeksi karena terurai
        oleh enzim proteolitik.
             Efeknya cepat, tapi metabolisme di hati cepa, t ½ 20
        menit shg kerjanya pendek. Untuk memperpanjang
       efek 3-4 kalinya dibuat preparat gelatin.
             Khasiatnya menstimulasi anak ginjal untuk    memproduksi kortisol dan androgen. Efek
      penghambatan H-H-A ringan dari pada prednison shg
       bisa diberikan untuk anak-anak.
             Dosis: i.m atau i.v awal 90 UI setiap 12jam,
       selanjutnya 15-30 UI  sehari.
     *Tetrakosatida ( Synacthen depot,  Cortrosyn) efeknya
       sama tetapi resiko akan alergi kecil.
2. DOC: desoksikortikosteron, DOCA (Organon)
              Efeknya mineraokortikoid tanpa efek
       glukokortikoid.
              Absorpsi di usus tidak baik shg dibuat
       sublingual atau injeksi.
             Penggunaan untuk insufisiensi anak ginjal
       misalnya penyakit addison.
      Dosis sublingual 4-10 mg sehari
      * Medrison (HMS, liquifilm, Allergan)
       Digunakan untuk tetes mata  (1%)
3. Kortisol: hidrokortison, Solu-cortef (Upjohn)
              Absorpsi di usus buruk, shg dibuat bentuk
       injeksi i.m,  intraartikuler, dan lokal.T ½ nya
      1,5-2 jam. Penggunaannya untuk reaksi
       substitusi pada penyakit  addison, pemakaian
       lokal krim 1-2 % dan obat tetes   mata 1%.
              Dosis: i.m atau i.v 100-300 mg larutan Na
       suksinat
4. Prednisolon: d l hidrokortison, Sterofrin (Alcon)
                        Ultracortenol
    Khasiat glukokortikoidnya 5 kali lebih kuat dari
    kortisol, tapi mineralokortikoidnya lebih ringan shg
    efek udem dan hipertensi kecil.
    T ½ nya 3 jam tapi efek puncaknya 6-8 jam.
     Dapat untuk injeksi intraokuler 0,25-0,5%
     Dosis: oral pagi 5-50 mg setiap 24 jam atau tiap 48
                jam setelah makan.
     *Prednison: Hostacorten Hoechst, Dellacorta Dupa
       Obat yang tidak aktif, setelah dimetabolisme
       menjadi prednisolon yang aktif. Penggunaan sama
       dengan prednisolon tapi tidak untuk lokal dan
       pasien penyakit hati.
5. Derivat fluor dan klor dari prednisolon:
          Efek glikokortikoidnya berlipat ganda dari prednisolon sedangkan efek mineralokortikoidnya lenyap.
          Efek sampingnya juga lebih kuat dr pada prednisolon
          Penggunaan lokal, krim atau salep kulit banyak kerena lebih efektif dr pd hidrokortison.
          T ½ nya dan lama kerjanya lebih panjang dr pd prednisolon.
* Triamsinolon: Ledercort (Lederle), Kenacort (Squibb)
* Deksametason: Decadron (MDS), Oradexon Organon
   Menekan funfsi anak ginjal kuat dan myopathy.
   Untuk tetes mata sbg fosfat 0,1 %, Oral 0,5 mg.
* Betametason: Celestoderm V Schering, BetasonN KF
   Khasiatnya lebih kuat dr pd deksametason
   Efek lokalnya lebih kuat dr pd sistemik.
* Beklometason: Aldecin Essex, Becotide Glaxo
   Dosis inhalasi 3-4 kali sehari o,1 mg sbg
   dipropionat




OBAT-OBAT  PENYAKIT JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH
Fungsi Utama Jantung
Memompakan darah ke seluruh tubuh yang digambarkan dengan curah jantung. Curah jantung bertanggung jawab untuk pengangkutan zat-zat dari dan ke jaringan. Otot Jantung mendapatkan oksigen melalui arteri koronaria. Bila ada gangguan pada otot jantung maupun aliran darah ke jantung maka fungsi jantung akan terganggu
Penyakit Jantung Koroner
adalah penyempitan/penyumbatan (arteriosclerosis) pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.
Jantung Koroner
Tersumbatnya Arteri Koroner, akan mengurangi atau menghentikan aliran darah mensupply oksigen ke otot2 jantung,  mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Otot2 jantung kekurangan supply darah maka jantung menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh.
Penyumbatan arteri ini bisa di bagi 2 bagian
1.      Tersumbat TOTAL
Penderita bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dan sering sekali terjadi   langsung meninggal dunia.
2        Tersumbat SEBAGIAN
Pada tahap awal, mungkin penderita masih dapat bernafas dengan normal dan darah yang mengalir ke otot jantung masih cukup.
   Namun, ketika dia melakukan aktivitas yang melelahkan seperti berolahraga atau memarahi orang lain, arteri koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah yang cukup ke otot-otot jantung. Bila otak tidak dapat supply darah, biasanya si penderita akan terkena stroke.
Penyebab penyakit ini
-Merokok terlalu berlebihan, Mengkonsumsi makanan fast food / Junk, makanan yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, Tekanan darah tinggi, Penyakit kencing manis, Kurang olah raga, Stress, Alkohol, Narkoba.
Penanggulangan
1. Dengan obat-obatan untuk jantung.
   2. Kateterisasi (Tiup)
3. Operasi seringkali disebut dengan
 tindakan by pass
Kateterisasi adalah memasukan selang kecil melalui urat nadi dilipatan paha atau di pergelangan tangan. Selang kecil tadi didorong ke jantung dan sampai pembuluh koroner. Di sana, melalui selang tadi disemprotkan zat warna sehingga dengan bantuan film yang merekam semua tindakan tadi maka dapat terlihat lokasi dan beratnya sumbatan tadi. Setelah itu baru diputuskan apakah pasien harus dioperasi atau di balon saja.
Balon
Maksud balon disini adalah pada ujung selang tadi ada balon yang dapat di tiup dari luar (dengan spuit). Balon ditiup setelah posisinya ada di daerah yang mengalami sumbatan. Kalau ditiup maka balon mengembang dan mendorong sumbatan tersebut masuk kedalam dinding pembuluh darah. Aliran darah  akan melebar karenanya. Biasanya akan dipasang semacam RING yang disebut STENT supaya pembuluh darah tadi tidak tersumbat kembali.
ByPass
Membuat jalur baru untuk arteri, 
Pencegahan :
1. Menerapkan pola hidup sehat.
2. Perbanyak makan Ikan, karena   mengandung Asam Lemak Omega
acute myocard infarct (AMI )
   yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba, dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat. Kerusakan otot jantung yang terjadi cukup lama dan tidak segera dibuka sumbatannya akan menyebabkan kematian otot jantung dan tidak akan pulih lagi. Dinding arteri koroner yang mengandung serabut otot polos,  dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Angina pectoris
Timbul karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadan istirahat dengan sakit yang khas yaitu:sesak nafas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti ‘sulit bernafas’.
Kolesterol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan berlemak Kelebihan kolesterol akan mengendap dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitkan dan pengerasan yaitu atherosclerosis.
Aritmia
Adalah gangguan ritme berupa kelainan dalam frekwensi (kecepatan) denyut jantung karena serambil (atrium) dan bilik (ventrikel) berdenyut lebih cepat (tachycardia) atau lebih lambat (bradycardia) dari normal. Dapat pula karena terjadinya kekacauan dalam ritme (irama) denyutan jantung, misalnya vibrasi (flutter), getaran (fibrilasi) ataupun extrasistole.
Heartblock merupakan suatu jenis aritmia yang disebabkan oleh gangguan penyaluran listrik dari serambi kanan ke bilik kiri. Terapinya adalah dengan pacemaker, yaitu suatu alat kecil yang dapat mengirimkan impluls – impuls listrik ke jantung guna menormalisir frekwensi kontraksinya.
Dekompenasi Jantung
Adalah keadaan dimana sirkulasi darah jantung dan cardiac output menurun, misalnya akibat infark atau katup – katup jantung yang tidak bekerja sempurna, atau karena proses penuaan. Gejalanya adalah sukar bernafas bila berbaring (dyspnea), muka membiru (cyanosis), dan oedema.
Shock
Adalah salah satu komplikasi dari infark jantung yang sangat ditakuti karena biasanya berakibat fatal. Sebabnya adalah tachycardia yang hebat, myocarditis dan sebagainya.
Penggolongan Obat Jantung
Kardiotonika
Yaitu glikosida  jantung, yang berkhasiat mempertinggi kontraktilitas jantung hingga cardiac output (volume menitnya) bertambah, denyutnya dikurangi. Glikosida jantung ini juga merintangi sistem penyaluran impuls A-V (atrioventikuler, yakni dari serambi ke bilik) hingga penyaluran tersebut di perlambat. Kegunaan utamanya adalah pada kelemahan otot jantung (myocard) yang terjadi pada dekompensasi dan fibrilasi serambi. Contoh: digoksin
Obat – Obat Angina Pectoris
Keadaan kekurangan darah (ischemia) pada angina pectoris dapat diobati dengan vasodilator – vasodilator arteri jantung dan zat yang mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen. Diobati dengan :
1.      Vasodilator koroner  :Memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah beserta oksigen, sehingga meringankan beban jantung.  Obat pilihan utama untuk serangan akut adalah nitrogliserin.  Obat lainnya adalah Dipiridamol.
2.      Antagonis kalsium :Kalsium merupakan elemen essensial bagi fungsi myocard dan otot polos dinding arteriole. Pada kadar kalsium intrasel tertentu, sel mulai berkontraksi ; otot jantung dan arteriole  - arteriole menciut (vasokonstriksi). Antagonis kalsium menghambat pemasukan kalsium ke dalam sel – sel myocard dan otot polos dinding arteriole, sehingga dapat mencegak kontraksi dan vasokonstriksi..Termasuk ke dalam antagonis kalsium antara lain Nifedipin, Diltiazem, Verapamil.
3.      Beta blockers  :Pada reseptor β1 di jantung, berefek inotrop negatif dan efek kronotrop positif, yaitu mengurangi daya dan frekwensi kontraksi jantung, serta memperlambat penyaluran impuls pada nosus AV. Sedangkan pada reseptor β2  di bronchia (juga dinding pembuluh dan usus), memberikan efek vasokonstriktor. Semua β – blockers dapat digunaan untuk mengobati angina pectoris, tachy aritmia, hipertensi, infark jantung. Tergolong ke dalam obat ini antara lain Propanolol, Acebutolol
Antiaritmia
Obat yang  menormalkan frekwensi dan ritme jantung. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antiaritmia ada 4 golongan:
1.      Anestetika lokal :Mengurangi kepekaan membran sel jantung dengan jalan menghambat pemasukan ion natrium di membran dan memperlambat  depolarisasinya. Ritme dan frekwensi jantung menjadi normal kembali. Contoh: kinidin dan lidokain.
2.      Beta blockers : mengurangi aktivitas saraf adrenergik di otot jantung, sehingga frewensi dan daya kontraksi jantung menurun. Contohnya Timolol dan Propranolol.
    3.  Zat yang memperpanjang masa refrakter, dengan jalan memperpanjang aksi potensial. Contohnya Amiodaron dan Sotalol.
4. Antagonis kalsium, contohnya Verapamil, Nifedipin, Diltiazem.
ANTIHIPERTENSI
adalah:Keadaan dimana tekanan darah lebih tinggi dari normal, jadi melebihi nilai rata-rata yang terdapat pada tabel.Hipertensi sebetulnya bukan suatu penyakit,melainkan hanya suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah (TD).
Sebab-sebab hipertensi: akibat penyakit ginjal, penyiutan aorta tumor di anak ginjal dengan efek kelebihan produksi   hormon-hormontertentu yang mengakibatkan  kenaikanTD dan  Faktor keturunan juga memegangperanan penting.
Resiko-resiko hipertensi : Kerusakan pada jantung yang harus bekerja lebih keras,  Pembuluh darah yang mengeras karena menahan TD yang tinggi yang mengakibatkan infark jantung atau infark otak karena pecahnya pembuluh darah otak  yang mengakibatkan kelumpuhan separuh badan, Kerusakan ginjal, dan  Kerusakan selaput retina mata karena penciutan pembuluh mata.
Faktor-faktor penyebab hipertensi:
- garam: Ion natrium mempertinggi daya tahan   pembuluh perifer dengan jalan memperbesar volume-darah   (retensi air) dan vasokontriksi.
- Sejenis gula dari Succus liquiritie mengandung   asam  glisirinat yang dapat meningkatkan TD.
- Pil anti hamil.
      Estrogen dapat menahan garam dan air sehingga meningkatkan TD.
Tindakan Umum:
   Tindakan umum dapat dilakukan pada penderita hipertensi ringan yaitu TD 120/80 sampai 160/90 mm Hg sebagai berikut: Menguruskan badan, Diit. Mengurangi asupan garam sampai maksimal 2  gram sehari guna mengurangi volume darah, Berhenti merokok, Istirahat yang cukup, dan Olah raga.
Pengaturan TD:
Tubuh memiliki system pengaturan Td yaitu system Renin- Angiotensin. Sel-sel tertentu di ginjal dapat memproduksi hormon rennin yang dilepaskan bila TD di glomerulus menurun yaitu bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal berkurang. Dalam darah rennin bergabung dengan protein tertentu membentuk angiotensin I. Angiotensin I dirubah oleh ACE (Angiotensin Concerting Enzim ) menjadi angiotensin II yang aktif dan bersifat vosokonstriksi dan menstimulir sekresi hormone aldosteron yang menimbulkan retensi air dan garam, sehingga volume darah bertambah yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.Sebaliknya TD yang dipertinggi menyebabkan perintangan pelepasan rennin lebih lanjut oleh ginjal.Jadi terjadi suatu keseimbangan.
Faktor fisiologi yang dpt mempengaruhiTD
a. Volume pukulan jantung (Cardiac output) Yaitu jumlah darah yang pada setiap kontraksi  dipompakan keluar jantung. Semakin besar volume ini semakin tinggi TD. Tekanan atas dinding arteri meningkat pula dan  jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang bertambah sehingga TD meningkat.
b. Kekenyalan dinding arteri :Pembuluh darah yang dindingnya sudah mengeras    karena  endapan kolesterol dan lemak   (Aterosklerosis) menyebabkanTD lebih tinggi dari  pada dinding-dinding yang lebih elastis.
c. Terlepasnya neurohormon seperi adrenalin dan noradrenalin menciutkan pembuluh darah perifer hingga TD naik.
Macam-macam hipertensi
Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi dua yaitu: 
     - Hipertensi essensial Disebut hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak  jelas  etiologinya. Ini merupakan 90% dari hipertensi.
     - Hipertensi sekunder Prevalensinya 6-8 %, disebabkan karena penyakit,  obat atau
       lainnya. Yang disebabkan penyakit ginjal disebut hipertensi renal, yang disebabkan penyakit endokrin disebut    hipertensi endokrin Obat yang menyebabkan hipertensi misalnya: hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, antidepresan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial : usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol,  berat badan  aktivitas rennin plasma.
Pengobatan:
Terapi farmakologi ada 4 tahap:
a. Tahap pertama dengan satu obat diuretik tiazid atau    beta bloker dosis kecil kemudian dosis dinaikkan.
b. Tahap kedua dengan dua obat: diuretic tiazid dan  alfa atau beta bloker.
c.  Tahap ketiga dengan tiga obat: Diuretik tiazid, beta bloker dan  vasodilator  (hidralazin) dan penghambat ACE
d.  Tahap keempat dengan empat obat: Diuretik tiazida, beta bloker, vasodilator  dan  guanetidin atau penghambat ACE.
Penggolongan obat hipertensi dan mekanisme kerjanya:
1. Zat-zat penekan SSP: klonidin, metidopa dan  reserpin.  Obat-obat ini menstimulir reseptor alfa di otak
    dengan efek menurunkan aktivitas saraf adrenergic  perifer shg menurunkan TD.
2. Perintang ganglion: mekamilamin, pempidin. Obat melumpuhkan ganglia adrenergik shg
    penerusan impuls ke dinding arteriol terputus
3. Perintang saraf adrenergik: guanetidin, reserpin. Obat menyebabkan berkurangnya persendian
    Noradrenalin di ujung saraf adrenergik pada dinding arteriol shg menimbulkan efek vasodilatasi dan TD  menurun.
4. Perintang reseptor  adrenergik: beta bloker: propanolol menyebabkan daya kontraksi jantung berkurang dan frekuensi debar jantung berkurang shg volume menit darah yang dipompakan ke luar jantung berkurang dan TD menurun.
5. Diuretika Tiazid: Obat mempertinggi pengeluaran garam dan air  sehingga volume darah dan TD menurun, juga ada khasiat langsung terhadap dinding pembuluh.
6. Vasodilatansia :Obat dapat mengembangkan dinding arteriol  hingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan  TD menurun.
7. Antagonis Kalsium: Nifedipin , Obat mencegah masuknya ion kalsium ke dalam sel miokard dan otot dinding arteriol terangsang dg   demikian mencegah terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, TD turun.
8. Penghambat ACE: Captopril, Obat menghambat aktivitas Angiotensin Converting  Enzim (ACE) sehingga pembentukan angiotensin II terhambat dg demikian mencegah vasokonstriksi  pembuluh darah, TD menurun.
Efek-efek samping:
Umum: Hidung tersumbat karena dilatasi mukosa, Mulut kering,  Bradikardia, Rasa lelah dan lesu, Gangguan lambung, usus dan penglihatan dan Impotensi.
Khusus: Hipotensi ortostatik: turunnya TD lebih pesat dalam, keadaan tegak dr pd berbaring, Depresi dan Retensi garam dan air
Obat-obat :
1. Resepin: Serpasil (Ciba), Dellaserp (Dupa), Alkaloid dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentina.
   Khasiat hipotensifnya tidak begitu kuat  digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Efek sampingnya depresi psikis dan hipotensi ortostatik. Dosis: oral 3 kali sehari 0,1-0,25 mg.
2. Metildopa: Aldomet (MDS), Dopamet (Dumex), Obat hipertensi kuat yang bekerja di SSP. Penggunaan terutama pada hipertensi sedang dan berat, sering dikombinasi dg diuretik misalnya HCT. Efek samping berupa efek sentral seperti ngantuk. Tidak boleh digunakan pada pasien depresi, gangguan ginjal, hati dan wanita hamil. Dosis: orel mula2 pagi 250 mg, kemudian dinaikkan  2-3 kali 250 mg.
3. Klonidin: Catapres (Boehringer),  Obat ini hipotensif kuat berdasarkan adrenolitik sentral. Penggunaan pada hipertensi kuat sampai sedang.  Efek samping umum terjadi dan pusing, gelisah, ngantuk, dan demam. Pada dosis diatas 900 mcg impotensi.
4. Hidralazin: Apresolin (Ciba), Obat bersifat vasodilator bekerja langsung pada dinding arteriol tanpa blockade system saraf adrenergik. Efek sampingnya demam dan nyeri sendi, gangguan lambung - usus , nyeri kepala dan tahikardia. Penggunaan lama menimbulkan habituasi. Dosis: oral mula2 4 kali 10 mg selama 3 hari, kemudian dinaikkan sampai 2 kali 100 mg

ANTIHISTAMIN
HISTAMIN : Senyawa endogen yg disintesa , disimpan dan dilepaskan terutama oleh sel mast. Digunakan untuk mendapatkan efek pada berbagai organ. Mediator seluler pada : reaksi hipersensitivitas , reaksi inflamasi akut , perangsangan sekresi asam lambung
Tempat kerja: reseptor H1 , H2 dan H3
Faktor-faktor yg dpt melepaskan Histamin : Reaksi alergi, Luka-luka berat, Sinar UV dari matahari, Racun ular dan tawon, Enzim proteolitik, Obat-obatan : opiat, klordiazepokzid,
Alergen :  Jamur, Serbuk sari bunga, Daging, Bakteri, Makanan
Gejala Alergi : Allergic Rhinitis, Conjunctivitis, Bronchoconstriction, Urticaria, Atopic Dermatitis, Anaphylaxis
Efek Histamin pada Manusia : Kontraksi otot polos bronkus dan uterus, Vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan hipotensi, Memperbesar permeabilitas kapiler yg mengakibatkan udema pengembangan mukosa, Memperkuat sekresi ludah, air mata dan getah lambung, Stimulasi ujung saraf berakibat eritema dan gatal
Pelepasan histamine : Normalnya 50 µg/L, Bila sel mast pecah efeknya jadi nyata dan Kelebihan dalam tubuh diuraikan oleh enzim histamin-N-metiltransferase
Tempat penyimpanan histamin: sel mast, sel basofil, sel saraf, dan sel saluran cerna
Distribusi Histamin : Kulit, Paru-paru, dan Mukosa saluran cerna. Di basofil dan sel mast disimpan dalam glandula sekretori sebagai ikatan kompleks dg suatu proteoglikan, heparin sulfat, dan  kondriotin sulfat
Degranulasi sel mast dan basofil
         Sitolitik:   Membran plasma rusak shg  Tidak tergantung energy danTidak menggunakan ion Ca intraseluler
         Non Sitolitik : Tdk merusak membran.Dapat diinduksi oleh:obat-obatan. Akan tetatpi Memerlukan ATP sebagai energy dan  Tergantung pada pertukaran Ca intraseluler  bebas
Degranulasi pada sensitiasi sel mast dan basofil
Dua molekul IgE berkombinasi dg 1 sel mast mengakibatkan sensitisasi. Sel yg tersensitisasi merupakan awal proses pembebasan histamine. Alergen yang nempel pada sel yg tersensitisasi memicu pelepasan histamin dan zat lain. Degranulasi dg pembebasan histamin, kinin, serotonin, prostaglandin, platelet activating factor, SRS (slow reacting substance)
Obat-obat yang berhubungan dg pelepasan histamin
         Mencegah gegranulasi histamin: isoproterenol, epinefrin/adrenalin,  teofilin, dan kromolin natrium
         Mencegah ikatan histamin dg reseptornya : Antihistamin H1 dan Antihistamin H2
Antihistamin
         Zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh dengan cara memblokir reseptornya
   Antihistamin H1 (H1 bloker)
Farmakodinamik
A.Hambatan reseptor histamin : menghambat penciutan bronkus, usus dan
   Uterus, Meninggikan permeabilitas kapiler dan udem akibat histamin, Menghambat reaksi hipersensitivitas, dan  Menghambat sekresi saliva
    Lebih efektif diberikan sebelum pelepasan histamin
B. Tidak disebabkan hambatan reseptor
     Histamin.
    1. Sedativa : Bermanfaat sebagai obat membantu tidur. Dosis toksik dapat sampai menyebebkan koma. 3 antihistamin H1 yg tdk menyebabkan efek sedativa:
         Terfenadin, sulit melewati sawar darah –otak.T½ 16-23 jam
         Astemizol, bebas efek penghambatan otonom T½ 104 jam
         Mekuitazin, sulit melewati sawar darah-otak.T½ 38 jam
2. Anti mual dan muntah : Bermanfaat untuk mencegah mabuk perjalanan dan kehamilan. Contoh  Dimenhidrinat ( Antimo, Dramamin), Difenhidramin ( Benadryl), Prometazin ( Phenergan)
3. Antiparkinson:  Karena efek antikolinergiknya seperti atropine dan Etilendiamin
4. Antiadrenoseptor:  bermanfaat untuk mengobati hipertensi, misalnya Fenotiazin
5. Antiserotonin:  Siproheptadin merupakan antihistamin yg  juga sebagai antiserotonin
6. Anestetika lokal : Menghambat saluran Na pada membran , seperti kerja prokain dan lidokain, contoh: Difenhidramin dan  Prometazin
Penggolongan AH1
1. Etanolamin:  Difenhidramin HCl (dosis 50 mg), Dimenhidrinat  (dosis 50 mg) Karbinoksamin maleat  (dosis 50 mg)
2. Etilendiamin: - Tripenelamin HCl (dosis 50 mg)
3. Alkilamin: Klorfeniramin maleat  (dosis 2-4 mg)
4. Piperazin  : -Siklizin HCl (dosis 50 mg) dan Meklizin HCl ( dosis 25 mg)
5. Fenotiazin : -Prometazin HCl         ( dosis 25 mg)
6. Piperidin  (Antihistamin non sedatif): Terfenadin ( 60 mg), Astemizol   (10 mg)
7. Lain2: - Siproheptadin  ( Menambah nafsu makan) 4mg                                                                                                                                       
Farmakokinetik Antihistamin H1 : Sangat cepat diserap setelah pemberian oral, Mulai kerja ½ -1 jam setelah pemberian, Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam, Distribusi luas ke seluruh tubuh termasuk SSP. Terutama di paru-paru, Umumnya lama kerja 4-6 jam, kecuali meklizin 12-24 jam, Biotransformasi di hati, Ekskresi melalui urin setelah 24 jam
Indikasi
         Penyakit Alergi :Lebih baik digunakan sebagai pencegahan.  Mis: Klorfeniramin, difenhidramin,  bromfenramin dg efek sedativ.  Terfenadi, astemizol dan mekuitazin tanpa sedativ
         Mabuk & gangguan keseimbangan  Mis: Dimenhidrinat, difenhidramin, prometazin
         Muntah & mual pada kehamilan, Mis: Doksilamin, dkawatirkan efek teratogenik
Antihistamin H2 (H2 Bloker)
Yang pertama ditemukan burimamid (sukar diabsorpsi) dan metiamid ( menyebabkan kerusakan darah) Generasi berikutnya : simetidin & ranitidine. Generasi terbaru: Oksmetidin, famotidin, nizatidin  Bekerja pada reseptor H2, menghambat sekresi asal lambung
Simetidin dan ranitidin
Farmakodinamik
A.    Efek pada reseptor H2:  Antagonis H2 berkompetisi reversibel dg histamin pada reseptor H2 saja, tidak mempengaruhi H1
B. Efek pada sistem organ :
     1. Menghambat sekresi asam lambung yg dirangsang histamin, gastrin, obat
         kolinergik.
     2. Berefek kecil pada jantung atau tek.darah
     3. Tdk berhubungan dg hambatan reseptor H2  Simetidin dapat berikatan denga reseptor androgen,
         yang lain tidak
farmakokinetik
         SIMETIDIN: Bioavailabilitas oral simetidin 70%.  Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan.
     Diberikan bersama makan atau segera setelah makan . untuk memperpanjang efek.. Absorpsi dimulai pada menit ke 60-90.  Ekskresi melalui urin dlm bentuk utuh
         RANITIDIN : Bioavailabilitas 50%. T½ nya 1,7-3 jam. Kadar puncak dalam plasma 1-3 jam. Mengalami FPE di hati. Bentuk asal dan metabolitnya diekskresi di ginjal
Efek samping : Efek samping yg tdk berhubungan dg penghambatan reseptor H2: nyeri kepala,  pusing mual, diare, konstipasi mialgia,  Ruam kulitk kehilangan libido dan impoten dan  ginekomastia khusus untuk simetidin karena berikatan dg reseptor androgen.. Ranitidin tdk berikatan dg reseptor androgen
Interaksi  : Antasida dan metoklopramid mengurang bioavailabilitas simetidin jd harus diberikan selang 1 jam. Ketakonazol hrs diberikan 2 jam sebelum simetidin. Simetidin menurunkan aktivitas enzim mikrosoma hati, jad obat lain jika bersama simetidin akan terakumulasi, yaitu: Warfarin, fenitoin, kafein, teofilin, fenobarbital, diazepam, karbamazepam, propanolol, metoprolol, imipramin. Ranitidan berinteraksi dg nifedipin, warfarin, teofilindan metoprolol
Indikasi :
1. Tukak peptik/ulkus peptikum, Digunakan bersama-sama antasida dan antikolinergik. Dosis simetidin 400mg , 2 kali sehari bersama makan dan sebelum tidur. Dosis ranitidin 150 mg , 2 kali sehari salah satunya sebelum tidur
 2. Antihistamin H2 secara iv dapat  mengakibatkan hipotensi dan aritmia jantung.
 3. Untuk mengurang sekresi sebelum operasi.
Famotidin
Menghambat sekresi asam lambung, 3 kali lebih dari ranitidin, 20 kali dari simetidin. Tidak berikatan dg reseptor androgen. Tidak berinteraksi dg obat lain. Kadar puncar dalam darah setelah 2 jam. T½nya 3-8 jam. Dosis untuk tukak lambung 40 mg sekali sehari malam sebelum tidur
Nizatidin
Potensinya dalam menekan sekresi asam lambung sama dg ranitidine. Dosis untuk pengobatan tukak lambung 300 mg sehari sekali saat akan tidur atau 150 mg 2 kali sehari Kesembuhan 90% setelah pengobatab 8 minggu.. Efek samping jarang terjadi berpa gangguan cerna. Interaksi dg obat lain tidak terjadi. Bioavailabilitas oral 90% tdk dipengaruhi makanan. Kadar puncak dalam darah setelah 1 jam. Ekskresi melalui ginjal. T½ 1,5 jam. Lama kerja 10 jam
ANTIALERGI LAIN
Na Kromolin: Menghambat pelepasan histamin dari sel mast. Bekerja pada sel mast paru-paru shg mencegah bronskospasme. Absorpsi pada pemberian oral buruk. . Diberikan dalam sediaan inhalasi. Dosis 20 mg bubuk halus diinhalasi 4 kali sehari, atau menggunakan nebulizer. Indikasi : Terapi profilaktis asma bronkial
Ketotifen : Ketotifen fumarat diabsorpsi dalam sal.cerna. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya.Indikasi untuk profilaksis asma bronkeal. Sediaan dalam 1 tablet 1mg dan sirup 0,2 mg/ml.