Sunday, September 25, 2011

MATERIAL DAN TEKNOLOGI PENGEMASAN (TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL)



I.        Pendahuluan

Pengemas diartikan sebagai  wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransfortasikan dan atau disimpan. Kemasan adalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
Sebagai bahan kemas, material yang digunakan memiliki berbagai sifat yang berbeda. Dalam hal ini digunakan gelas, porselen, logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
Sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anak. Jenis ini berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga bahaya keracunan obat dapat dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes melalui mekanisme penutup ganda, dan dipatenkan. Preparat peroral padat disimpan dengan menggunakan kemasan tekan, yang memerlukan sejumlah energy untuk membukanya.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu :
·         Gelas
·         Plastik
·         Elastik atau karet
·         Metal

A.    Gelas
1.      Umum
Gelas diperoleh melalui leburan bersama dari soda, batu kapur dan kuarsa, merupakan suatu leburan dingin serta terdiri dari kisi SiO4- tetraeder, yang terdeposit didalam ruang-ruang antar ion Na+ dan Cl- . gelas kapur natrium normal terdiri 75% SiO2. 15% Na2O dan 10% CaO. Untuk membuat gelas ampul dan wadah infuse tidak digunakan gelas kapur natrium, oleh karena itu menunjukan resistensi yang rendah terhadap air dan larutan yang larut dalam air. Gelas jenis ini akan melepaskan ion Na+ ke dalam air dan mengambil ion H dari air. Dengan demikian gelas berfungsi sebagai penukar ion.
Resistensi permukaan gelas kapur natrium dapat dipengaruhi dengan mengubah prosentual komposisi gelas, dimana berbagai oksida (Na2O) dan CaOsangat dikurangi dan ditambahkan asam borat , aluminium oksida.
Kualitas gelas yang berbeda ditandai oleh kelas hidrolitik atau kompleks resistensi. Melalui proses manipulasi permukaan, resistensi hidrolitik gelas dapat sangat diperbaiki (dikompenansi). Pelepasan alkali sangat dikurangi air (diuapi) pada suhu tinggi. Gelas berwarna yang digunakan untuk menyimpan bahan obat peka cahaya, diperoleh melalui penambahan logam oksida.
Gelas dapat dikelompokan berdasarkan sifat reaktivitas  dari komponen (formulasi) gelas.
Gelas
Komposisi
Sifat-sifat
Aplikasi
Tipe 1
Borosilikat
Resistensi terhadap hidrolisis tinggi,eksporasi termal rendah
Sediaan parenteral asidik dan netral, bisa juga untuk sediaan alkali yang sama
Tipe II

Kaca soda kapur (diperlukan dealkalisasi)
Resistensi hidrolitik  relatif tinggi
Sediaan parenteral asidik dan netral, bisa juga untuk sediaan alkalin yang sesuai
Tipe III

Kaca soda lapur (tidak mengalami perlakuan
Sama dengan tipe II, tapi dengan pelepasan oksida

Cairan anhidrat dan produk kurang, sediaan parenteral jika sesuai

Tipe NP

Kaca soda kapur (penggunaan umum)
Resistensi hidrolitik sangat rendah

Hanya digunakan untuksediaaan non parenteral (oral, tipikal, dsb)


2.      Sifat
kemasan gelas/kaca mempunyai sifat sebagai berikut :
}  Tembus pandang
}  Kuat
}  Mudah dibentuk
}  Lembam
}  Tahan pemanasan
}  Pelindung terbaik terhadap kontaminasi dan flavor
}  Tidak tembus gas, cairan dan padatan
}  Dapat diberi warna
}  Dapat dipakai kembali (returnable)
}  Relatif murah
3.      Bentuk
Bentuk Kemasan gelas/Kaca yaitu :
}  Botol (leher tinggi, mulut sempit)
}  Jar (leher pendek, mulut lebar)
}  Tumbler (tanpa leher dan finish)
}  Jugs (leher pendek, ada pegangan)
}  Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia, dll.)

 `          4.  Pengujian
Pelepasan alkali dari gelas dapat ditentukan melalui cara yang berlainan. Untuk maksud tersebut dapat digunakan dua metode : metode serbuk gelas (metode lumatan) dan metode permukaan. Pada metode serbuk gelas, gelas diserbukan, disuspensikan dalam aseton. Setelah ditambahkan air harus dilakukan pemanasan dalam otoklaf dan ditetesi larutan indicator (merah metil) kemudian dititrasi dengan asam hidroklorida. Pada metode permukaan, wadah gelas yang diisikan dengan air bebas CO2 dan mengandung sejumlah asam hidroklorida atau asam sulfat tertentu dan merah metal sebagai indicator. Setelah disterilkan wadah tertutup dalam otoklaf tidak boleh menghasilkan perubahan warna.

5.      Gambar
     



B.     Plastik
1.      Umum
Bahan sintetis merupakan kelompok besar dari polimer tinggi yang sifat fisika dan kimianya berlainan. Bahan sintetis adalah material,dibuat secara semi sintetis melalui perubahan produk alami molekul tinggi (misalnya selulosa) atau bahan sintetis penuh dari reaksi senyawa dasar. Sintetis nya bertujuan meniru sifat bahan alam.
Plastic sering dinyatakan sebagai bahan sintetis, meskipun mereka hanya merupakan sebagian dari bahan sintetis. Plastic termasuk ke dalam bahan menjadi bahan organic. Dia merupakan padatan, terdiri dari molekul tinggi yang dominan, zat organic, bahan yang dapat berubah bentuk secara praktis pada kondisi tertentu atau juga barang yang dibuat dari padany. Plastic dapat dibedakan atas termoplastik (misalnya harsa, fenol, poliester). Termoplastik menjadi plastis jika dipanaskan dan dalam keadaan seperti ini dapat dibentuk menjadi kerangka dasar yang dikehendaki. Pada saat pendinginan, material membeku dan bentuknya stabil. Duroplastik produk awal yang belum terajut, dikempa dalam cetakan yang dipanaskan, dimana terjadi perajutan dan pengerasan akibat reaksi kimia dan mereka kemudian memperoleh bentuk akhirnya.
Keutamaan bahan sintetis antara lain masanya rendah, tidak terkoyakan, sebagian sangat netral secara kimia dan ekonomis. Kerugiaan adalah dapat menyebabkan terjadinya lintasan dua arah yakni pelintasan komponen plastic (monomer) dan bahan pembantu plastic kedalam bahan yang dikemas serta sebaliknya adsorpsi bahan oleh material plstik.
Menurut pembentukannya dapat dibedakan bahan pada sintesis produk polimerisasi, poliadisi dan polikondensasi. Pada polimerisasi, monomer, senyawa asal tak jenuh. Produk polimerisasi misalnya polietilen, polipropilen, polivinil klorida.
Melalui poliadisi dapat terbentuk antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada proses polikondensasi perajutan dua molekul monomer berlangsung secara kontinyu dengan diikuti pembentukan produk reaksi molecular rendah (misalnya HCI, NaCI, NH3, H2O). secar umum senyawa polikondensat dan poliadisi lebih cocok digunakan untuk kepentingan medisin dan farmasetik daripada polimerisat, oleh karena itu hanya sedikit atau bahkan sekali tidak memerlukan bahan tambahan, sehingga toksisitas hanya bersumber dari bahan asalnya

2.      Bahan pembantu
Untuk membuat polimer tinggi, sering dibutuhkan katalisator dan pengendali polimerisasi. Oleh karena itu secara umum piperlukan tambahan bahan pembantu untuk menghasilkan material plastic. Yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Oleh karena itu sejumlah bahan pembantu ini secara fisiologis tidak meragukan, maka pada bahan sintesis yang akan digunakan untuk tujuan farmasetik dan medisin.
Pembuatan lunak bahan ini  digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas dan fleksibilitas yang diperlukan. Ke dalam bahan ini terbilang gliserrol, glikol, alcohol tinggi, ester dari asam dikarboksilat (asam ftalat, asam adipat, asam sebasinat). Unruk tujuan tujuan farmasi, trikresilfosfat yang dahulu digunakan, tetapi mengingat toksisitasnya saat ini tidak lagi dipakai.
Stabilisator bahan ini digunakan sebagai pelindung terhadap cahaya, panas, oksigen, kelembaban, sinar terionisasi, serta perbaikan kemantapan penuaanya. Mereka bekerja sebagai antioksidan dan bahan penghambat untuk mencegah pemisahan bahan sintetis. Dalam hal ini digunakan garam alkali anorganik dan alkali tanah, garam dari asam lemak, senyawa timah dialkil, turunan urea, ester asan-β-amino-kroton, alcohol alifatik, amin aromatic dan lemak terepoksidasi.
Bahan pengisi. Dalam hal ini digunakan misalnya titanium dioksida dan kalsium karbonat.
Pengabsorpsi UV bahan ini menurunkan permeabilitas cahaya UV dalam skala daerah yang luas dan melindungi bahan obat yang peka UV. Untuk maksud tersebut digunakan  turunan benzotriazol, benzofenon, turunan asam salisilat dan akrilnitril tersubstitusi.

3.      Teknologi pembuatan
Peracikan termoplastik pada hakekatnya dilakukan melalui cetakan semprot, ekstrudisasi dengan gelembung ekstrusi.
Pada cetakan semprot, granulat bahan dasar mencapai kedalam suatu silinders yang dipanaskan, ditakar dengan sebuah corong pengisi, dimana didalamnya bahan sintetis dileburkan.
Gelembung ekstrusi merupakan cara yang paling penting untuk membuat bodi berongga. Ekstruder akan menekan masa plastis melalui mulut pipa melingkar, sehingga terbantuk sebuah pipa, yang kemudian ditekan kedinding sebuah bodi berongga melalui peniupan udara bertekanan, sehingga membentuk wadah.

4.      Jenis plastik
1.      polietilen
digunakan untuk bentuk sediaan  oral kering yang tidak akan direkonstitusi menjadi bentuk larutan.
2.      polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat
PET adalah polimer kondensasi berbentuk kristalin yang  dibuat dari reaksi asam tereftalat dengan etilenglikol, digunakan terutama sebagai kemasan minuman berkarbonatasi dan untuk pengemasan sediaan oral.
3.      polipropilen (PP)
PP adalah polimer yang termasuk poliolefin, dibuat melalui cara polimerisasi propilen. Digunakan untuk pengemasan padat kering atau sediaan cair oral.
4.       polivinil khlorida (PVC)
PVC adalah salah satu kemasan obat yang umum digunakan di Amerika Serikat  setelah HDPE. Digunakan terutama untuk bentuk kemasan kaku dan produksi film (sebagian besar sebagai kantong untuk cairan intravena)

5.      Sifat dan kecocokan farmasetika
Penggunaan plastik pada bidang farmasetik dan medisin mensyaratkan pemahaman akan sifat material serta juga pengamatan kemungkinan terjadinya antaraksi dengan bahan yang diisikan.
                        Yang perlu dipehatikan adalah:
a.       Sifat mekanik (misalnya pada wadah yang kaku atau fleksibel)
b.      Sifat optik (pada zat pekat cahaya)
c.       Kemantapan terhadap suhu dan tekanan, yang berkaitan dengan permeabilitas  gas uap air dan bahan penguap.
Disamping itu, banyaknya kemugkinan antraksi antara meterial pengemas dan bahan yang diisikan tergantung dari:
a.       Sifat fisika dan bahan kimia yang diisikan,
b.      Sifat kimia dan fisika materi pengemas,
c.       Ukuran dan luas permukaan yang kontak dari bahan yang diisikan dan bahan pengemas.
d.      Lama kontak
e.       Suhu

Stabilitas farmaka dapat dipengaruhi pada saat penyimpana melalui banyak faktor yang menguntungkan.

1.      Permeabilitas
Permeabilitas bahan sintetis yang dapat menyebabkan hilangnya bahan obat. Faktor-faktor luar yang penting adalah, gas, sinar, dan mikroorganisme. Dalm hal ini, wadah gelas lebih unggul dibandingkan bahan sintetis. Wadah gelas tidak menunjukan permeasi isinya melalui gelas atau sebaliknya, sedangkan hal tersebut terjadi pada wadah plasti kedua arah. Terhadap permeabilitas dari polimer tinggi, faktor-faktor berikut ini sangat besar pengaruhnya:
a.       Perbedaan konsentrasi
b.      Bangun molekular dari bahan sintetis
c.       Suhu
d.      Bahan yang berdifusi (hidrofil, lipofil).
e.       Pembengkakan dan solvatasi
f.       Bahan pembantu
g.      Sinar terionisasi
h.      Tebal lapisan bahan sintetis.




2.       Adsorbsi
      Adsorbsi diartikan sebagai penimbunan dari gas , uap atau bahan terlarut pada wadah bahan sintetis. Sorpsi tersebut dipengaruhi oleh :
a.       Stuktur material plastik,
b.      Ukuran luas permukaan wadah sebelah dalam,
c.       Konsentrasi, jenis komponen dan harga-pH larutan,
d.      Suhu

Langkah pasti peristiwa ini adalah difusi. Untuk menentukan jumlah cairan yang teradsorbsi dilakukan dengan perbedaan penimbangan (sebelum dan sesudah kontak dengan larutan). Perbedaan antara kedua penimbangan merupakan jumlah yang teradsorbsi. Adsorbsi bahan obat dari larutan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan.
      Suatu peristiwa sorpsi bahan pengawet dalam wadah bahan sintetis lebih jauh tidak teramati baik pada materi PET, dan PP yang permeabilitas O2-nya kuat maupun pada bahan PVC_keras yang kurang permeabel terhadap O2. Tambahan pembuat lunak juga bekerja negatif terhadap sorpsi tersebut, sebagai penelitian pembanding yang ditunjukan dengan PVC mengandung pembuat lunak dan PVC bebas pembuat lunak.

3. Reaktivitas dan Penuaan
Pewarnaan dalam material plastik dapat merupakan hasil reksi bahan tambahan plastik dengan komponen larutan, dimana larutan sendiri juga dapat berubah warna.
Peristiwa seperti permeasi, sorpsi, dan reaktivitas kimia mempunyai pengaruh yang pasti terhadap sifat fisika plastik. Pada polietilen teramati adanya pembengkakan atau kerapuhan yang disebabkan oleh perpindahan gas atau uap dari kandungannya.

4. Kemampuan sterilisasi
          Dalam teknologi pengemasan farmasetik, kemampuan strelisasi bahan pengemas merupakan suatu poblem besar. Jenis berikut berada dalam deretan pertama:
·         Polietilen tekanan rendah
·         Polipropilen
·         Poliamid
·         Polikarbonat
·         Poliester (ester  asam politereftalat).
·         Polivinilklorida (khusus PVC-keras).

Kemantapan akan suhu maksimal dari masing-masing bahan sintetis sejauh ini masih problematik,yang sangat bergantung dari beban yang muncul selama pemanasan. Bahan yang diisikan dalam bentuk padatan, sejenis pasta atau cairan mempunyai efek kerja tertentu,yang dapat diatasi oleh bentuk wadah semula, sedang dilain pihak dapat muncul gaya tekan tambahan didalam pengemas khususnya jika bahan yang diisikan, mudah menguap.
Sterilisasi pengemas bahan sintetis yang berdinding tipis dengan panas ternyata sulit, oleh karena adanya tekanan berlebih yang terjadi pada saat pendinginkan dapat menimbulkan perubahan bentuk dan perusakan (terutama pada jahitan). Juga kehilangan gas atau uap dimungkinkan melaui difusinya keluar wadah pengemas pun terjadi penurunan volume, yang berkaitan dengan terjadinya perubahan konsentrasi yang tidak dikehendaki. Pengemas berdinding tipis dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan, jika digunakan cara pendinginan bertekanan.
Pada sterilisasi, akan dijumpai problem khusus, yakni permeabilitas bahan menguap dalam kaitannya dengan sikfat fisika material. Untuk PE ditetapkan, bahwa hilangnya komponen menguap pada suhu 115C dua kali lebih besar daripada suhu 100C.pada sterilisasi pada otoklaf, kehilangan tersebut dapat mencapai 30%. Untuk sterilisasi uap maka PER dinilai cocok, dimana beban termik maksimalnya berada pada suhu sekitar 125C. Pada suhu 121C, sterilisasi selama 1jam tentunya dimungkinkan, tanpa terjadi kerusakan yang dapat dikenali.       Sterilisasi lembaran poliester dimungkinkan pada suhu 121C.sedangkan suhu yang tercantum dalam literatur sampai 140C untuk PVC-lunak, disangsikan.
Pada sterilisasi dengan udara panas (180C) hampir seluruh bahan sintetis akan memisah. Untuk sebagian besar bahan sintetis disarankan cara sterilisasi dengan menggunakan etilenoksid. Syaratnya adalah bahwa etilenoksid dapat berpenetrasi masuk kedalam material yang disterilkan dan pada akhirnya kembali dilepaskan. Dalam skala yang meningkat dapat digunakan sinar terionisasi (terutama sinar-γ) untuk mensterilkannya. Takaran sterilisasi tersebut ternyata berbeda-beda. Hendaknya dipastikan,bahwa takaran sinar yang diperlukan untuk membunuh kuman tidak menyebabkan terjadinya perubahan plastik.

6.      Penggunaan plastik sebagai bahan kemas farmasetik  

Syarat bahan sintetis yang digunakan secara farmasetik,yaitu :
·         Material plastik harus sedemikian tebal, sehingga lintasan untuk mikroorganisme tidak dimungkinkan, dan sebaiknya tidak permeabel untuk uap dan gas,
·         Harus dapat disterilkan; jika mungkin dalam keadaan kosong maupun terisi,
·         Tidak boleh membebaskan bahan asing kedalam kandungannya (absorbsi, absorbsi). Komponen toksis atau komponen lain dari bahan sintetis yang dapat bermigrasi kedalam kandungan harus serendah mungkin, sehingga tidak bersifat merusak,
·         Sebaiknya menunjukan kemantapan absolut terhadap bahan obat,bahan pembantu galenik dan bahan pelarut semua jenis.
·         Tidak boleh menimbulkan perubahan konsentrasi. Yang mempengaruhi efek terapetik dari preparat.
·         Bahan sintetis untuk wadah larutan injeksi, mengingat kontrol pengamatan yang dilakukan.harus memiliki transparansi yang baik.
·         Bahan sintetis, tergantung tujuan penggunaannya harus mempunyai elastisitas yang memuaskan. Kekompakan tekan atau mantap terhadap koyakan dan penuaan.
·         Bahan sintetis harus dapat dilas dengan baik, dan dapat dibuat dengan murah.



7.        Gambar

http://w13.itrademarket.com/pdimage/89/s_1515289_tetesmata.jpg








C.    Elastik

   1.  Umum
Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti, terutamn digunakan sebagai material tutup untuk botol infus dan botol tembusan serta material slang (juga untuk terpi infus). Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik, padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menujukan sifat seprti karet elastis.
Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk karet alam dan karet sintetis serta bahan sejenis karet. Elastisitasaret dapat dikarateristikan sebagai berikut : Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah ( 0,1-1 N/mm2, 1-10 kp/cm2) akan terjadi peregangan kuat, mencapai 800-1000% dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam keadaan tidak meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya. Eksistensi dari rantai molekul panjang, barjalin  antara sesamnya, sangat menetukan sifat elastis karet polimer tinggi.

        2. Bahan pembantu
Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan pemanasan dengan disertai tekana, karet akan memperoleh elastistasnya, kekompakan dan day tahannya terhadap pengaruh panas. Tergantung jumlah dari penambahn belerang, dapat dibuat karet lunak(5-10 %) dan karet keras (30-50% belerang).Produk karet sintetis juga dapat divulkanisasi. Dalam waktu yang sama digunakan sejumlah bahan, yang memnentukan kualitas produk akhir. Diantaranya yang dapt disebutkan antara lain:

a.       Katalisator
Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai suplier oksigen).
b.      Pempercepat vulkanisasi.
Dalam hal ini  digunakan senyawa nitrogen organik atau belerang seperti amin sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon pentasulfida.



c.       Inhibitor
Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang dikendalikan secara katalik setelah mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya garam timbal,nikel dan besi).
d.      Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan
 Dalam hal ini  khusus digunakan senyawa fenol dan amina, misalnya hidrokinon, pirogalol, fenil naftilamin, fenilendiamin.
e.       Modifikator
 Senyawa ini berfungsi sebagai vahan pengeras, pembat lunak, atau pengedap pori, misalnya parafin cair, ter, ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai pengaruh penting terhadap sifat produk akhir.
f.       Bahan pengisi
 Senyawa ini digunakan hanya untuk bahan peregang, tetapi sering juga untuk memperbaiki sifat mekanis, seperti ekompakan, keliatan akan goresan, kemantapan terhadap gesekan. Sebagai contoh disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng oksida dan barium sulfida.
g.      Bahan pewarna
 Dalam hal termasuk pigmen atau bahan pewarna sejati. Jugs dapat disarankan penambahan bahan pelindung cahaya, penutup bau dan dalam kasus khusus juga bahan yang sulit terbakar.

3.      Sifat dan kecocokan secara farmasetik
Sifat yang menonjol dari kareta alam, khusus elastisitasnya, sagat menyulitkan   proses  standarisasinya. Sabagai produk alam, komposisi karet mentah sangat bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan telah bervariasi  dari satu perkebunan ke perkebunan lain. Dari segi ini, jenis karet sintetis ( misalnya produk polimerisasi dari butadiena, metilbutadiena, 2- klorbutadiena)dinyatakan lebih eksak. Jenis karet sintetisdapat dibuat menjadi keras dan untuk memperoleh sifat yang dikehendaki diperlukan penambahan beberapa bahan pembantu, yang juga digunakan untuk meracik karet alam.
Syarat kecocokannya sebagai material tutup pada wadah untuk larutan injeksi dan infusi adalah, bahwa jnis karet ( atau jenis bahan sintetis) harus memiliki sifat elastis yang mencukupi sehingga menjamin penutupan wadah panas, penyimpanan dingin).


    4. Jenis Elastik
a.  Karet alam
komposisi karet alam umumnya tidak seragam. Karet mentah terdiri dari hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki berat molekul antara 300.000 dan 700.000
Karet mentah diperoleh dari lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan penghasil penghasil karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae dan Compositae.

b. Produk perubahan dari karet alam
1.      Karet Klor
Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam karbon tetraklorida pasa suhu 80-110 oC. Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada suhu di atas 80 0C terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak pada kekerasanny, tidak mudah terbakar dan memiliki kemantapan yang lebih baik dalam alkali dan asam
2.      Karet siklo
Produk siklinisasi terbentuk melalui pemanasan karet mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk membuat salutan pada material wadah.
3.      Karet sintetis
Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam campuran dengan karet alam.
·         Polimerisat campur polibutadiena dan butadiena
·         Polimerisat butadiena-stiren
·         Polimerisat Butadiena-akrilnitril
Produk ini mempunyai daya tahan mekanis yang baik, permeabilitas uap air dan gas yang cukup, serta stabilitas yang baik terhadap minyak lemak dan parafin.
a.       Poliklorbutadiena ( karet kloropren)
Pembuatannya berlangsung melelui polimerisasi dari kloropren (2-klor-1,3-butadiena). Produk tersebut kekerasan yanh besar, stabil terhadap pengaruh oksidatif, minyak mineral, minyak lemak, asam dan basa encer. Permeabilitas air dan gasnya, rendah. Mereka melunak sejak suhu kira-kira 600C.
b.      Polisopren(karet isopren, karet metil)
Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisorpen terbentuk melalui polimerisasi dari isopren.
c.       Polisobutilen (karet butil)
Karet butil diperoleh melalui polimerisasi campuran dari isobutan (97 %) dengan sedikit isopren atau butadiena dalam metilen klorida pada suhu sekitar -1000C.
d.        Karet polisulfida
Tieolastik merupakan polikondensat dari alkalipolisulfpida dan dihalogenida alifatik. Mereka memiliki stabilitas pembengkakan terhadap bahan pelarut, stabil terhadap penuaan dan oksidasi, dan kekompakan mekanisnya relatif rendah.
e.         Karet silikon
Karet silikon stabil terhadap minyak dan lemak serta tidak peka suh. Permeabilitas gasnya, ekstrem tinggi. Digunakan antara lain untuk material slang medisin, farmasi dan material tutup serta bagian sintetis untuk implantasi.
f.         Poliuretan
Poliuretan mirip karet diperoleh melalui penggantian diisosianat dengan poliester rantai panjang, mengabdung gugus hidroksil dan diakhiri dengan perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap asam, basa dan air mendidih, tetapi kompak terhadap minyak dan gesekan yang tinggi.

5.      pengujian Untuk Plastik dan Elastik
Plastik dan elastik, yang sebaiknya digunakan untuk tujuan farmasi atau kedokteran, harus diuji dengan kecermatan, khusus terhadap kecocokannya. Bnayak bahan dan bahan pembantu, Ynag diperlukan pada saat pembuatannya, sangat menyulitkan evaluasinya. Akibatnya tidak larutnya polimer tinggi yang murni maka bahaya pelepasannya ke dalam larutan bahan obat, rendah.
Untuk membuktikan zat-zat toksis, pengujian secara fisika dan kimia belum memadai. Untuk itu diperlukan pengujian secara biologis. Jenis dan skala pengujiannya tergantung dari tujuan penggunaan plastik dan elastik, dengan skala klasifikasi berikut : objek, yang ditetapkan untuk tinggal secara temporer atau tempo lama di dalam organismus.
Cara pengujian selanjutnya bergantung dari, apakah objek dapat bersentuhan dengan bahan hidrofil atau dengan bahan llipofil. Luas permukaan total dari otongannya atau masa yang telah diperkecil dan barang yang telah diproses sebelumnya dengan air (elemen penutup hanya dibagi dua) digunakan untuk membuat larutan penguji. Larutan ini diperolaeh dengan mengunakan air atau air untuk injeksi atau minyak kacang atau minyak kacang yang disterilkan atau suatu campuran alkohol-air dan diperoleh melalui pemosesan elastik atau plastik yang akan diuji dengan panas( misalnya disterilkan 20 menit pada suhu 1210C atau selama 16 jam pemanasan, suhu 700C).
Pengujian barang yang terbuat dari plastik dan elastik

Pengujian secara fisika dan kimia
Pengujian secara biologis
- warna, bau, rasa
- sifat pemukaan
- kemudahan penembusan
- fragmentasi
- kemudahan menutup kembali
- kemantapan terhadap minyak
- indeks bias
- pengotor tak larut
- harga pH
- amonium
- ion logam berat, seng, klorida
- ion sulfat, ion sulfida
- senyawa timah organik
- pengotor mereduksi
- sisa penguapan
- bahan pirogen
- bahan yang berkerja hemolitik
- tersatukan pada tikus
- tersatukan pada jantung
- katak terisolasi
- tersatukan pada kutu air
- tersatukan lokal pada kulit
- tersatuka lokal pada mata
- tersatuak lokal setelah implantasi
- tidak permeabilitas untuk     mikrorganisme




6.        Gambar





D.       Metal
1.      Umum
Penggunaan pengemas metal dalam farmasi relative terbatas, akan tetapi bentuk dan sifat tertentu dari kemasan metal menyebabkan kemasan metal sukar diganti dengan kemasan lain. Kontener metal digunakan terutama bila diperlukan kekuatan dan sifat dapat dikempa dari maerial kemasan, yang merupakan reaktifitas terhadap bermacam gas dan bahan kimia.
Tiga metal yang biasa digunakan untuk kemasan farmasi ialah timah, aluminium, dan baja. Oleh karena mudah teroksidasi dan membentuk koosi (karet), baja harus digalvanisasi atau disalut dengan  epoksi sebelum digunakan. Aplikasinya terutama untuk tromol atau drum, ruahan material dimana diperlukan kekuatan yang besar. Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder bertekanan tinggi untuk menyimpan produk gas.
Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan cara electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan resistensi terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan. Sebaliknya aluminium digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Sering aluminium foil digunakan sebagai lapisan impermeable dalam laminat multilapis yang dapat menyertakn pula kertas dan plastic. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi kontener kaku, kontener semi kaku, konstruksi olister atau laminat.
Metal memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan dengan bahan pengemas lain. Seperti gelas, metal haampir secara total imepermeabel terhadap gas dan air. Sebagai tambaha, kontener metal sangat kuat dan tahan remuk. Untuk aplikasi yang memerlukan pengempaan seperti tube kolapsibel, metal memberikan kemudahan dalam manufacturing dan penggunaan.
Metal dapat pula dibentuk menjadi system penghantaran obat yang lebih kompleks,seperti inhaler bertahanan dosis, inhaler serbuk kering, alat untuk pemberian aerosol, bahkan jarum yang siap untuk digunakan.
Kekurang sempurnaan utama dari metal terikat dengan biaya dan control kualitas. Metal lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk dibentuk menjadi kemasan yang dapat dimanfaatkan. Untuk bentuk foil (lembaran tipis), banyak dihasilkan kemasan cacat dikarenakan adanya lubang halus yang terbentuk selama proses manufacturing sehingga sifatnya sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang (terutama pada foil yang sangat tipis).
Produk obat harus selalu dipantau sehingga tidak ada cacat kemasan yang dapat mengganggu, terutama pada obat oftalmik. Seperti pada polimerisasi kebanyakan plastic, metal dapat pula diberi atau dicampur logam untuk meningkatan karakteristiknya sebagai pengemas, atau tabung disalut dengan resin. Samapi saat ini USP belum memberikan persyaratan pengujian untuk pengemas logam.
`    2. Gambar
DAFTAR PUSTAKA


Departemen Kesehatan RI.1995.Farmakope Indonesia.Edisi IV.
Goeswin,Agoes.2009.Sediaan farmasi Steril.Bandung: ITB Press
Stefanus,Lukas.2006.Formulasi Sediaan Steril.Yogyakarta: C.V Andi Offset
Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
www.pdfwizard.com
www.wikipedia.com