Spektrofotometri (UV-Vis)
1. prinsip
Spektrofotometri
UV-Vis adalah anggota teknis analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan dengan analisis kualitatif ( Mulja, 1995).
Spektrofotometri
UV-Vis mengukur antaraksi yang terjadi antara radiasi elektromagnetik dengan
molekul atau atom suatu senyawa. Pada umumnya serapan radiasi UV-Vis dihasilkan
oleh eksitasi elektron ikatan, sehingga panjang gelombang serapan maksimum
suatu senyawa itu dapat digunakan untuk penentuan kuantitatif senyawa yang
mengandung gugus fungsi penyerap radiasi (Clarke’s,1986; DEPKES
RI,1991;Mulja,1995; Skoog,1998; Rohman, 2007 ).
Bouger,
Lambert, dan Beer membuat formula secara matematika hubungan antara transmitan
dan absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisa
dan tebal yang mengabsorpsi sebagai berikut (Mulja, 1995; Fessenden &
Fessenden, 1999):
T = It / I0-εcb
A = log 1/T = ε. c. b
Keterangan:
T = persen transmitan
b = panjang lintasan
I0 = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi
yang diteruskan
ε = absorbansi molar (Lr.mol-1.cm-1)
c = konsentrasi (mol.Lt-1)
Hukum Lambert-Beer
menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap
berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer
ada beberapa pembatasan (Rohman, 2007):
1.
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2.
Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang
sama
3.
Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut
4.
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Penyerapan
sinar UV-Vis dalam suatu molekul yang umumnya senyawa organik memiliki gugusan atom yang dapat mengabsorpsi
radiasi elektromagnetik yang disebut sebagai kromofor, seperti asam organik
(RCOOH), aldehid (RCOH), keton (RCOR). Pada senyawa organik dikenal pula gugus
auksokrom, yaitu gugus fungsionil yang mempunyai elektron bebas seperti: -OH; -O; -NH2; dan –OCH3. Terikatnya
gugus auksokrom dengan gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita
absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah =
batokromik) disertai peningkatan intensitas (efek hiperkromik). Suatu molekul
yang sederhana apabila dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengabsopsi
radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai (Silverstein,
1986; Mulja, 1995; Rohman,
2007).
Salah
satu hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis yaitu panjang gelombang maksimum yang dapat dipengaruhi oleh pelarut dan struktur kimia yang
mengandung kromofor. Lebih lanjut, pita-pita serapan maksimum biasanya juga
lebar karena ada efek vibrasional. Dengan demikian, penentuan panjang gelombang
maksimum yang tepat merupakan suatu hal yang sulit (Rohman, 2007).
Serapan
molekul di dalam daerah sinar UV dan terlihat dari spektrum bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan
percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi
lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi. Suatu keuntungan dari serapan UV
adalah selektifitasnya, gugus yang khas dapat dikenal di dalam molekul dengan
kerumitan yang bervariasi luas (Silverstein, 1986; Underwood, 2002).
Hubungan
antara energi yang diserap dalam transisi elektronik dan kecepatan (v), panjang gelombang (λ), dan bilangan
gelombang (υ) pancaran yang
menghasilkan transisi
DE = hv = h
c / λ
Dimana:
h = tetapan Planck
v = frekuensi
c = kecepatan cahaya
λ = panjang gelombang
DE adalah energi
yang diserap di dalam suatu transisi elektronik di dalam satu molekul dari
suatu tingkat energi rendah (tingkat dasar) ke tingkat energi tinggi (tingkat
tereksitasi). Energi yang diserap bergantung atas perbedaan energi antara
tingkat dasar dan tingkat tereksitasi; semakin kecil perbedaan di dalam energi,
semakin besar panjang gelombang dari serapan. Kelebihan energi dalam tingkat
tereksitasi dapat dihasilkan dalam disosiasi atau ionisasi dari molekul, atau
mungkin dipancarkan sebagai panas atau cahaya. Energi yang dipancarkan sebagai
cahaya terlihat dalam fluoresensi atau fosforisensi (Silverstein, 1986).
2. Instrumen Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer merupakan suatu instrumen yang digunakan unuk mengukur
transmitans atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang,
pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal.
Pengukuran dengan menggunakan instrumen ini dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu single-beam
(berkas-tunggal) dan double-beam
(berkas-rangkap). Namun dalam aplikasinya instrumen yang lebih banyak digunakan
adalah double-beam karena pada
umumnya mencirikan perekaman automatik terhadap spektra absorpsi (Underwood,
2002).
Spektrofotometer sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2003).
Spektrofotometer yang sesuai untuk
pengukuran di daerah spektrum UV-Vis terdiri atas suatu sistem optik dengan
kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang.
Sinar UV mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara Vis mempunyai
panjang gelombang 400-750 (Rohman, 2007).
Komponen dari suatu spektrofotometer, secara skema
ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut (Pecsok, 1968;Underwood,
2002):
a.
Sumber
cahaya
Sumber energi cahaya yang digunakan pada daerah ultra
lembayung-sinar
tampak adalah sebuah lampu pijar dan kawat yang terbuat
dari wolfram. Sumber lain yang biasa digunakan adalah lampu tabung hidrogen
atau deuterium yang dapat digunakan pada panjang gelombang 175-400 nm. Dalam
beberapa spektrofotometer dimungkinkan untuk saling menukar sumber wolfram dan
lampu deuterium agar daerah UV-Vis dapat dijangkau sepanjang instrumen bekerja
(Underwood, 2002).
b.
Monokromator
Monokromator
adalah suatu alat optik yang digunakan untuk memilih berkas radiasi dan panjang
gelombang yang digunakan. Monokromator terdiri dari 3 bagian utama yaitu celah
masuk, elemen pendispersi dan celah keluar. Komponen-komponen monokromator adalah
(Underwood, 2002):
1.
Celah
masuk, berfungsi membuat satu berkas radiasi. Lebar celah biasanya bervariasi
sehingga intensitas radiasi dapat divariasikan. Makin lebar celah, makin kuat
intensitas radiasi.
2.
Cermin,
berfungsi mengumpulkan radiasi yang datang dari celah masuk dan membuatnya
menjadi berkas radiasi yang paralel.
3.
Elemen
pendispersi, berfungsi untuk menguraikan radiasi menjadi komponen-komponen
panjang gelombang.
4.
Celah
keluar, berfungsi memilih radiasi monokromatik untuk dilewatkan pada sampel.
Lebar celah dapat divariasikan, tetapi makin lebar celah makin lebar pula pita
panjang gelombang, padahal hal itu tidak diinginkan.
c. Wadah sampel
(kuvet)
Wadah
sampel harus dapat meneruskan radiasi elektromagnetik pada daerah spektrum yang
diinginkan. Sel kaca/plastik digunakan untuk rentang daerah sinar tampak, sedangkan sel kuarsa digunakan untuk daerah UV-Vis. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas sinar menembus larutan, dengan miniskus terletak seluruhnya di
atas berkas (Underwood, 2002)
d. Detektor
Detektor
yang biasa digunakan pada spektofotometri UV-Vis adalah fotolistrik. Detektor ini berfungsi untuk
mengubah sinar radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik
(Underwood, 2002).
e.
Pencatat
Pencatat berfungsi untuk menerima dan merekam informasi
yang diberikan oleh detektor (Fessenden & Fessenden, 1999).
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih