Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) atau yang biasa disebut dengan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) merupakan teknik pemisahan
yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam
suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain: farmasi, bioteknologi,
lingkungan, polimer, dan industri-industri makanan. Popularitasnya disebabkan
oleh kekuatan pemisahannya yang tinggi, selektifitasnya yang sangat baik, dan
banyaknya solut yang dapat dipisahkan dengan metode ini (Gandjar,2007).
1 Kegunaan KCKT
Kegunaan KCKT secara umum digunakan untuk
memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis,
analisis ketidakmurnian (impurities),
analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun
zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang
strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak,
dan dalam skala proses industri. Selain
itu, dapat pula digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam
cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil
samping proses sintesis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi,
memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan, memurnikan senyawa dalam
suatu campuran, memisahkan polimer dan distribusi berat molekulnya dalam suatu
campuran, kontrol kualitas, dan mengikuti jalannya reaksi sintesis (Rohman,
2007).
2 Prinsip Kerja KCKT
Pemisahan dengan KCKT dapat dilakukan baik pada
fase normal atau fase terbalik mengunakan fase diam silika atau silika fase
terikat yang terdapat dalam suatu kolom, sedangkan untuk fase gerak itu sendiri
digunakan zat cair, akan tetapi pengunaan zat cair pada fase gerak mendapatkan
kesukaran untuk mengalir didalam kolom, sehingga membutuhkan pompa bertekanan
tinggi untuk dapat melalui kolom yang selanjutnya masuk ke detektor. Sampel
dimasukan ke dalam aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom
terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan
interaksi antara solut-solut terhadap fase diam. Solut-solut yang kurang kuat
interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih dahulu. Sebaliknya,
solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fase diam maka solut tersebut akan
keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom
dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Dalam
kromatogram ini terdapat jumlah puncak (peak)
yang menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran (Hendayana, 2006).
3 Instrumentasi
KCKT
Pada
dasarnya instrumen KCKT terdiri atas : yaitu wadah fase gerak,
sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukan sampel, pompa, kolom,
detektor, dan rekorder (Gandjar, 2007).
a.
Wadah Fase Gerak
Wadah
fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun
botol-botol eluen yang dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak
sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilang gas) yang ada
pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat
pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut,
bufer, dan pereaksi dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih
lagi jika pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT (HPLC grade).
Adanya pengotor dalam pereaksi dapat menyebabkan gangguan pada sistem
kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat berkumpul dalam kolom atau
tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom
atau tabung tersebut (Rohman, 2007).
b.
Injektor
Pemasukan atau injeksi sampel untuk analisis dengan metode KCKT merupakan
tindakan yang penting. Walaupun kolom telah memadai, hasil kromatogram yang
ditampilkan akan tidak memadai kalau injeksi sampel dilakukan tidak tepat. Ada
tiga macam sistem injektor pada KCKT yaitu, injektor dengan memakai diafragma
(septum), injektor tanpa septum, dan injektor dengan pipa dosis. Sistem dengan
pipa dosis saat ini merupakan pilihan yang sangat tepat pada KCKT khususnya untuk analisis
kuantitatif (Mulya,1995).
c. Pompa
Pompa dalam KCKT dapat
diartikan sebagai jantung pada manusia yang berfungsi untuk mengalirkan fase
gerak cair melalui kolom. Terdapat dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja
konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan
konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pompa reciprocating dan pompa
syringe. Pada pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur. Oleh karena itu membutuhkan
peredam pulsa atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila
detektor sensitif terhadap aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Sedangkan pada pompa
syringe memberikan aliran yang tidak
berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas (Putra, 2004).
Setiap pompa KCKT yang baik harus dapat
melaksanakan sistem elusi dari isokratik yang sederhana sampai sistem elusi
dari isokratik yang sederhana sampai sistem elusi dengan pemompaan otomatis
yang sempurna.
Sistem
pompa kromatografi KCKT sudah diprogram untuk dapat melakukan elusi dengan satu
atau lebih macam pelarut. Dikenal dengan dua sistem pompa pada KCKT, yaitu :
1. Sistem
elusi isokratik
Pada sistem ini elusi dilakukan dengan satu
macam larutan pengembang atau lebih dari satu atau lebih larutan pengembang, dengan
perbandingan tetap misalnya Metanol : air = 50 : 50 v/v
2. Sistem
elusi gradien
Pada
sistem ini dilakukan dengan pelarut pengembang campur yang perbandingannya
berubah dalam waktu tertentu misalnya Metanol : air = 40 : 60 v/v, dengan
kenaikan kadar metanol 8% tiap menit (Mulja, 1995).
Pompa yang digunakan dalam KCKT harus dapat
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.
Menghasilkan tekanan sampai 6000 psi
2.
Bebas pengotor
3.
Kecepatan alir berkisar antara 0,1 – 10
mL/menit
4.
Bahan tahan korosi sehingga seal yang digunakan terbuat dari bahan
baja atau teflon
5.
Alirannya terkontrol dengan reproduksibilitas
0,5%
(Hendayana, 2006)
d. Kolom (column)
Kolom merupakan jantung dari KCKT sebab kunci keberhasilan analisis sangat
bergantung kepada efisiensi kolom sebagai alat untuk memisahkan senyawa dalam
campuran yang kompleks (Mulya,1995).
Kolom dibagi menjadi dua bagian :
1. Kolom Analitik
Garis tengah dalam 2-6 cm, panjang begantung kepada jenis kemasan partikel
biasanya panjang kolom 50-100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya
10-30 cm.
2. Kolom Preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25-100 cm, kolom
terbuat dari baja nirkarat. Kolomnya dapat berupa gelas atau baja yang tidak
berkarat. Kolom gelas dapat menahan tekanan sampai 600 psi. Panjang kolom
bervariasi 15-150 cm. Pengisi kolom biasanya adalah silika gel, alumina, dan
elit. Pengisi kolom seperti partikel pelikular, yaitu butiran gelas yang
dilapisi dengan materi berpori seperti silika gel, alumina atau penukar ion,
juga sering digunakan (Pescok,1976).
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi
merupakan bagian yang sangat penting, sebab separasi komponen-komponen sampel
akan terjadi di dalam kolom. Oleh sebab itu harus diperhatikan dengan seksama
tiga hal yaitu pemilihan kolom yang sesuai, pemeliharaan kolom, uji spesifikasi
kolom (walaupun kolom tersebut merupakan kolom yang siap pakai). Kolom akan
menjadi kunci penentu keberhasilan pemisahan komponen-komponen sampel serta
hasil akhir analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Kolom pada
kromatografi cair kinerja tinggi dibuat lurus (tidak dibuat melingkar
sebagaimana kolom pada kromatografi gas ataupun bentuk U). Hal ini dimaksudkan
untuk efisiensi suatu kolom
(Mulya,1995).
Kolom dibuat dengan ukuran diameter sangat kecil
(kolom mikro), dibuat dengan tujuan untuk memperoleh kepekaan menjadi lebih
teliti, menghemat larutan pengembang, memperluas kemampuan detektor, sampel
yang akan dianalisis sedikit. Sedangkan kolom yang dibuat pendek supaya
menghasilkan resolusi yang baik, memperkecil harga diameter rata-rata partikel
fase diam, waktu retensi (tR) atau mengurangi pengaruh bagian instrumentasi
kromatografi cair kinerja tinggi terhadap hasil pemisahan (Mulya,1995).
Perbedaan jenis kolom pada KCKT adalah :
1. Kromatografi Fase Normal
Kromatografi dengan kolom konvensional yang fase
diamnya ”normal” bersifat polar, misalnya silika gel, sedangkan fase geraknya
bersifat polar.
2.
Kromatografi Fase Terbalik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan
fase geraknya bersifat polar, kebalikan dari fase normal. Untuk mendapatkan
fase yang non polar silika gel direaksikan dengan klorosilan Cl-Si-(R)n. Fase
diam yang non polar yang banyak dipakai adalah jenis C18, C8,
dan C2 (Mulya,1995).
Keuntungan kromatografi fase terbalik adalah senyawa yang polar akan lebih
baik pemisahanya pada kromatografi fase terbalik, senyawa yang mudah terionkan
(ionik) yang tidak dapat terpisahkan pada kromatografi cair kinerja tinggi
”normal” akan dapat terpisahkan pada kromatografi fase terbalik, dengan
kromatografi fase terbalik air dapat digunakan sebagai salah satu komponen pada
pelarut pengembang campur (Mulya,1995).
e. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi
adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung
kadarnya (analisis kuantitatif) (Putra, 2004).
Ada beberapa persyaratan dari detektor ini,
yaitu:
1. Mempunyai
respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel
2. Mempunyai
sensitifitas yang tinggi, yaitu mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat
kecil
3. Tidak
merusak sampel
4. Tidak
dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut pengembang
5. Stabil
dalam pengoperasiannya
6. Dapat
bekerja dari temperatur kamar hingga 400oC
7. Mudah di
dapat dan mudah pemakaiannya oleh operator
8. Signal
yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang
luas (Gandjar, 2007).
Ada beberapa detektor yang
digunakan pada KCKT, misalnya detektor spektrofotometri UV-Vis. Detektor ini
paling banyak digunakan dan sangat berguna untuk analisis di bidang farmasi
karena kebanyakan senyawa obat mempunyai struktur yang dapat menyerap sinar
UV-Vis. Detektor ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi ultraviolet (UV)
dan sinar tampak. Selain detektor UV-Vis adapula detektor-detektor lain yang
digunakan pada metode KCKT ini, misalnya detektor Fluorometer, detektor
Ionisasi Nyala, detektor Elektrokimia, detektor Spektrofotometer Massa,
detektor Refraksi Indeks, detektor Reaksi Kimia, dan detektor Photodiode-Array (PDA) (Putra, 2004).
f. Rekorder
Hasil pembacaan dari detektor kemudian diolah oleh suatu prosesor dan
dikirim ke perekam lalu perekam akan membuat suatu tampilan. Dalam kromatografi
tampilan ini disebut kromatogram (Rohman, 2007).
Keuntungan utama metode KCKT adalah memiliki daya pisah tinggi, kecepatan
tinggi, sensitifitas tinggi, dapat
dijalankan secara otomatis, dan berbagai pemakaian tidak dapat disamai oleh
cara lain. Sedangkan kelemahan utama KCKT adalah harga perlengkapan yang mahal,
dan diperlukan pengalaman untuk memperoleh hasil yang baik (Edward,1991)
g.
Waktu Retensi (tR)
Waktu tambat atau waktu retensi (retention time) adalah selang waktu yang
diperlukan oleh senyawa pada saat diinjeksikan sampai keluar dari kolom dan
sinyalnya ditangkap oleh detektor. Waktu retensi dinyatakan dalam satuan waktu
(menit) dan memberikan arti yang sangat penting dalam analisis kualitatif
dengan KCKT (Mulya, 1995).
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih