Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat
kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian
besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap.
A. KONTRASEPSI MEKANIK
Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai
pelindung. Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur
dalam rahim. Nah, ada beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik
ini, yaitu kondom dan diafragma.
1. Kondom
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus
binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen.
Kini kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti
kantong.
Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma
sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen.
Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh sperma). “Rata-rata,
dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil,” ujar Andon.
Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak
perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan
penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap
bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat
tipis.
2. Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya
seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak
tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat
mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
Diafragma digunakan jika akan berhubungan
seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena
bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.
3. Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim
Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih
dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang
terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang
terbuat dari logam
tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip
huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload). “Yang paling terkenal
*Copper T* dan *Multiload*. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena
kenyamanannya. Modifikasi terbaru *Copper T*, yaitu *Nova T*memiliki keunggulan
lebih lembut,” jelas Andon. Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim
oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan
reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam
rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun, tergantung jenisnya
dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda ingin hamil lagi.
Sebagai pemakai, Anda bisa memeriksa sendiri
keberadaan alat tersebut. Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi
tersebut di mulut rahim. Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi
ini, jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2
bulan sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan.
Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai
menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper, 3-4tahun
harus diganti.
Yang perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna.
Masih ada kekurangannya. Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan,
atau infeksi. Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut
rahim sehingga menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian AKDR juga
membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya kontrasepsi ini tidak
digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak jelas. Keuntungannya, alat ini
bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak menganggu produksi
ASI, jika ibu sedang menyusui. “Efektifitas pemakaian kontrasepsi dalam rahim
ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil,” ujar
Andon.
5. Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang
dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim,
tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat
ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual
dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak
dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. “Dari 100 pasangan
dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah dalam
pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan,” jelas Andon.
Diakuinya, banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida.
“Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi,” ujar Andon kemudian. Selain itu,
pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit
mencapai kepuasan.
B. KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari
progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi
ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk.
Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah
mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher
rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis
dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi
lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.
1. Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas,
mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima
kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua
terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi.
Ada yang
hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi
antara hormon progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara
teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem
28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7
tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian
dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat
dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan
estrogenik atau progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang
menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi.
Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek
estrogen
rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen
estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang
berkomponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram, liang senggama kering.
Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu
panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan
bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di
kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan
ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan
libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi
teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen.
Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.
2. Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik.
Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan
*(Depoprovera)*, setiap 10 minggu *(Norigest)*, dan setiap bulan *(Cyclofem)*.
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak
mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri
dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena
nafsu makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis
sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak
menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan
dalam setahun.
3. Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena
dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung
kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang
korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji
coba susuk satu kapsul*implanon)*. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon
atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit
demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun
*(Norplant)* dan 3 tahun *(Implanon)*. Sekarang ada pula yang diganti setiap
tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan
sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000
pasangan, ada 4
wanita yang hamil dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid
tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan
kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala
lainnya dalam pencabutan.
susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya
terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.
Artikel terkait :
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih