Antibakteri
adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme, hewan, tumbuhan tinggi ataupun
secara sintetik yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme
lain, dan tidak toksik bagi inang (Mc. Kane, 1986).
Ada empat mekanisme kerja antibakteri
yaitu :
A. Mengganggu
metabolisme sel bakteri
Bakteri
membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan mamalia yang
mendapatkan asam folat dari luar, karena itu untuk kelangsungan hidupnya maka
bakteri patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam para amino
benzoat (PABA). Antibakteri untuk kelompok ini adalah sulfonamid, apabila
sulfonamid menang untuk bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam
pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional.
Akibatnya, kehidupan bakteri akan terganggu (Ganiswara, 1995).
B. Menghambat
sintesis dinding sel
Dinding
sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, yaitu suatu kompleks polimer dari
senyawa amino dan gula. Sefalosporin dan penisilin menghambat sintesa lengkap
dari polimer yang spesifik bagi bakteri. Bila sel tumbuh dan plasmanya
bertambah atau menyerap air dengan cara osmosis, maka dinding sel yang tidak
sempurna akan pecah dan bakteri mati (Tjay dan Kirana, 2002).
C. Menghambat
sintesis protein sel bakteri
Sintesis
protein berlangsung di ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis
protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai m-RNA menjadi
ribosom 70S. Penghambatan sintesis protein dapat dengan berbagai cara, salah
satunya berkaitan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek t-RNA
asam amino pada lokasi asam amino (Ganiswara, 1995).
D. Mengganggu
permeabilitas membran sel bakteri
Antibakteri
yang termasuk dalam kelompok ini salah satunya adalah polimiksin. Polimiksin
sebagai senyawa amonium kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba (Ganiswara, 1995).
Artikel Terkait :
Artikel Terkait :
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih