Saturday, May 10, 2014

Penapisan (Skrining) Fitokimia


Prosedur Skrining 
Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam pegagan, maka dilakukan penapisan fitokimia berdasarkan metode pada Materia Medika Indonesia dan  metode Fransworth yang dimodifikasi terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat,sebagai berikut :

A.  Alkaloid
Sejumlah sampel dalam mortir, dibasakan dengan amonia sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan kloroform dan digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HCl 2 N, campuran dikocok, lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah:
Filtrat 1 :      Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendorff diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna hingga coklat.
      Filtrat 2 :      Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna putih.
                           Filtrat 3 :      Sebagai blangko atau kontrol negatif (MMI V,  1989).

B.           Flavonoid
Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, seluruh campuran dipanaskan selama 5–10 menit. Setelah disaring panas–panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat–kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol (MMI V, 1989).

      C.  Tanin dan Polifenol
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit kemudian saring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman, dan ditambahkan gelatin akan timbul endapan putih, bila ada tanin (MMI V, 1989).

D.  Monoterpen dan Sesquiterpen
Serbuk pegagan digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanilin sulfat atau anisal dehid sulfat. Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan sesquiterpen (MMI V, 1989).

E.  Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard. Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid (Fransworth, 1966).

      F.   Kuinon
Sampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan NaOH 1 N. Terjadinya warna merah menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon (Fransworth, 1966).

      G.   Saponin
Sampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama   5-10 menit ± 1 cm, berarti menunjukan bahwa bahan uji mengandung saponin (MMI V, 1989).

No comments:

Post a Comment

Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih