Prosedur Skrining
Untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam
pegagan, maka dilakukan
penapisan fitokimia berdasarkan metode pada Materia Medika Indonesia dan metode
Fransworth yang dimodifikasi terhadap serbuk simplisia dan ekstrak
etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi
etil asetat,sebagai berikut :
A. Alkaloid
Sejumlah sampel
dalam mortir, dibasakan dengan amonia sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan
kloroform dan digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat ditempatkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HCl 2 N, campuran dikocok, lalu
dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah:
Filtrat
1 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi
Dragendorff diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna hingga coklat.
Filtrat 2 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam
filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan
berwarna putih.
Filtrat
3 : Sebagai blangko atau kontrol
negatif (MMI V, 1989).
B. Flavonoid
Sejumlah
sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi,
tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, seluruh campuran
dipanaskan selama 5–10 menit. Setelah disaring panas–panas dan filtrat
dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok
kuat–kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil
alkohol (MMI V,
1989).
C.
Tanin dan Polifenol
Sebanyak
1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit kemudian
saring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman, dan ditambahkan
gelatin akan timbul endapan putih, bila ada tanin (MMI
V, 1989).
D. Monoterpen dan Sesquiterpen
Serbuk
pegagan digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam
cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanilin
sulfat atau anisal dehid sulfat. Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya
senyawa monoterpen dan sesquiterpen (MMI V, 1989).
E. Steroid dan Triterpenoid
Serbuk
simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam
cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila
terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid (Fransworth, 1966).
F. Kuinon
Sampel ditambahkan
dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan kapas. Pada
filtrat ditambahkan larutan NaOH 1 N. Terjadinya warna merah menunjukkan bahwa
dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon (Fransworth, 1966).
G. Saponin
Sampel
ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian dikocok.
Terbentuknya busa yang konsisten selama
5-10 menit ± 1 cm, berarti menunjukan bahwa bahan uji mengandung saponin
(MMI
V, 1989).
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih