Wednesday, April 16, 2014

Tablet Obat




A. Definisi dan Formula Umum Tablet
         Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat penggisi (Fornas, 1978).
Untuk mendapatkan suatu tablet yang baik, disamping zat aktif biasanya tablet terdiri dari salah satu atau lebih zat-zat yang berfungsi sebagai berikut:

1.      Bahan Pengisi
Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi dapat juga ditambah karena alasan memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung untuk memacu aliran.
Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1)  Harus nontoksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari Negara dimana produk akan dipasarkan.
2)      Harus tersedia dalam jumlah yang cukup disemua Negara tempat produk itu dibuat.
3)      Harganya harus cukup murah.
4)      Tidak boleh saling berkontraindikasi dalam tiap segmen dari populasi.
5)      Secara fisiologis harus inert.
6)   Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain.
7)      Harus bebas dari segala jenis mikroba.
8)      Tidak boleh mengganggu warna (color compatible)
Contoh bahan pengisi adalah : laktosa, Avicel, Amilum, dsb.

2.      Pengikat dan Perekat
Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering untuk menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung.
Polimer-polimer alam yang telah dimodifikasi seperti alginat, derivate-derivat selulosa (metilselulosa, hidroksipropil metilselulosa dan hidroksi propil selulosa, adalah pengikat dan perekat yang umum dipakai).
3.      Bahan Penghancur
Bahan pengahancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik air kedalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan. Contoh bahan penghancur antara lain adalah: mikrokristalin selulosa, Ac-Di-Sol, primojel.
4.      Pelincir, Anti lekat dan Pelicin
Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama karena fungsinya yang tumpang tindih. Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin. Perbedaan ketiganya sebagai berikut: suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan keluar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin bertujuan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel.
Pelincir yang paling banyak dipakai yaitu asam stearat, garam-garam asam stearat dan derivat-derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat, pelincir kedua yang paling banyak dipakai adalah talk.
Maka sebagian besar bahan-bahan yang disusun sebagai bahan pelincir juga berfungsi sebagai anti lekat, kecuali bahan pelincir yang larut dalam air. Talk, magnesium stearat dan kanji beserta derivat-derivat kanji mempunyai sifat-sifat anti lekat.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau pemacu aliran adalah jenis talk kosentrasi 5%, tepung jagung konsentrasi 5-10% atau koloid-koloid silica seperti Cab-O-Sil, siloid atau aerosil dalam konsentrasi 0,25-3%.
5.      Zat warna, Pemberi rasa dan Pemanis
Hingga saat ini penggunaan zat warna dalam tablet memberikan tiga keuntungan yaitu : menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-warna alami dari tumbuh-tumbuhan dibatasi karena warna-warna ini sering tidak stabil. Ada dua macam warna yang sudah dipergunakan dalam pembuatan tablet yaitu zat warna FD&C dan zat warna D&C.
Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan untuk larut didalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut didalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet karena stabilitasnya kurang baik. Zat pemberi rasa yang larut dalam minyak yang ditambahkan ke dalam pelarut untuk granulasi tablet, didispersikan dalam bahan pengabsorbsi, atau diemulsikan dalam larutan pembuat granul. Bermacam-macam zat pemberi rasa kering yang dipergunakan dalam produk farmasi juga tersedia pada pemasok zat pemberi rasa.
Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang dikunyah  untuk mengurangi  penggunaan   gula didalam tablet. contoh  pemanis selain gula  yaitu mannitol,  sakarin dan aspartam. (Lachman, 1989 hal 679-705)

B.   Persyaratan Umum Tablet
            Tablet mempunyai persyaratan umum sebagai berikut :
1)      Memiliki keseragaman bobot
2)      Memiliki keseragaman ukuran yang balk
3)      Memiliki waktu hancur yang baik
4)      Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama
      proses produksi, distribusi, transportasi dan pemakaian.
5)  Bebas dari kerusakan seperti pecah-pecah pada bagian sisi tablet, warna
yang memudar dan kontaminasi baik dari bahan obat lain atau dari bahan
pengotor lainnya
6)      Kestabilan fisik dan kestabilan kimia dari zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya dapat terjamin dan aman
7)      Mampu melepaskan zat berkhasiat dengan balk sehingga memberikan efek         terapi seperti yang dikehendaki. (Lachman, 1989)

C.  Keuntungan dan Kekurangan Tablet
 Keuntungan dari bentuk sediaan tablet antara lain (Soelarto, 1998) :
1)      Mudah ditelan, praktis, dan efisien.
2)      Dosis teliti dan dapat dibuat kadar bervariasi.
3)      Lebih stabil dari pada bentuk cair.
4)      Dapat dibuat formulasi yang disesuaikan dengan tujuan pelepasan zat aktif.
5)      Dapat diberi penyalut untuk menutupi rasa pahit.
6)      Bentuknya lebih mudah dikenali sehingga dapat menghindari kekeliruan.
7)      Produksi, pengemasan, penyimpanan dan transportasi lebih mudah.
8)      Ongkos pembuatan rendah.
9)      Merupakan bentuk sediaan oral yang merniliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan kestabilan mikrobiologi yang paling baik.
     10) Membutuhkan ruangan yang tidak luas.

D.  Kekurangan dari bentuk sediaan tablet antara lain:
1)      Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis
2)      Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau tinggi, absorbsinya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan ketersediaan hayati obat yang cukup

3)      Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu disalut. (Lachman, 1989 hal 645)

No comments:

Post a Comment

Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih