Sistem
pengolahan teh hitam di Indonesia dapat menjadi dua, yaitu sistem orthodox
rotorvane serta sistem baru khususnya sistem CTC (Crush, Tear, Curl). Perbedaan antara kedua sistem ini adalah sistem orthodox menggunakan silinder untuk menggulung
dan memecah daun teh, sedangkan sistem CTC menggunakan pisau untuk mencacah dan
merobek daun teh.
Proses pengolahan teh hitam
di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) menggunakan system orthodox rotorvane.
Pengolahan teh hitam terdiri dari
beberapa tingkatan yaitu:
a. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan
elemen terpenting dalam proses produksi, yang nantinya diolah dari bentuk
mentah menjadi produk jadi. Bahan baku berupa pucuk teh segar diperoleh dari
perkebunan milik perusahaan. Penyediaan pucuk teh hitam tersebut diatur dengan petik gilir dan disesuaikan dengan
jenis petikan yang telah dipersyaratkan. Proyeksi ketersediaan bahan mentah
tersebut didasarkan atas kondisi,
umur
tanaman, iklim
dan lingkungan, peralatan pengolahan dan realisasi produksi basah pada tahun
sebelumnya.
b. Pelayuan
Pelayuan merupakan tahap awal dari
pengolahan yang berperan penting bahkan merupakan penentu berhasil tidaknya
proses pengolahan. Kegagalan pada proses pelayuan berarti kegagalan atau
penurunan mutu proses pengolahan teh hitam. Proses pelayuan bertujuan untuk
melemaskan pucuk dan mengurangi kadar air sebagai proses awal pengolahan teh
hitam atau melayukan pucuk daun teh hingga diperoleh derajat layu yang
diinginkan dengan cara menguapkan sebagian air yang terkandung dalam bahan,
sehingga lebih mudah diproses dalam penggilingan . Waktu yang dibutuhkan untuk proses pelayuan adalah
12 – 28 jam. Apabila waktu pelayuan melebihi batas waktu tersebut maka pucuk
akan terlalu gosong.
Proses pelayuan dimulai dengan membeberkan
pucuk daun teh diatas palung pelayuan (Withering
Trought) agar pucuk menjadi dingin (terhindar dari panas akibat penumpukan
dalam wadah) dan kering (pucuk yang dipetik pagi hari cenderung basah ) serta
berkurangnya gumpalan-gumpalan pucuk teh akibat penekanan. Suhu pelayuantidak
boleh melebihi 28 0C karena pada suhu diatas 28 0C,
bagian protein dari enzim mulai terdenaturasi sehingga enzim menjadi inaktif
dan hal ini dapat menghambat reaksi oksidasi enzimatis pada tahap pengolahan
berikutnya atau bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya reaksi oksidasi
enzimatis tersebut. Tidak terjadinya atau terhambatnya reaksi oksidasi
enzimatis akan menyebabkan sifat-sifat khas (warna, rasa, dan flavor) teh hitam
yang diinginkan tidak terbentuk. Selama proses pelayuan berlangsung, perlu
diperhatikan kondisi ruang pelayuan karena kondisi ruang digunakan sebagai
kontrol berupa pengukuran temperatur yang menggunakan termometer dry &
wet, apabila perbedaan temperatur dry
& wet kurang dari 4°C menggunakan udara panas dari heat exchanger.
Udara yang digunakan pada proses pelayuan
memiliki kelembaban 60-68%.
c. Penggilingan
Proses selanjutnya setelah pelayuan adalah proses pengilingan. Proses
pengilingan ini berlangsung secara kontinu dan langsung menuju proses
oksidasi enzimatis. Penggilingan bertujuan untuk menghancurkan/ menggulungkan
pucuk teh layu untuk mendapatkan partikel bubuk basah yang seragam.
d. Fermentasi atau Oksidasi Enzimatis
Setelah melalui proses penggilingan
selanjutnya proses oksidasi enzimatis atau lebih dikenal fermentasi. Fermentasi
merupakan langkah penting dari proses pengolahan teh hitam, karena pada saat
fermentasi akan dihasilkan unsur-unsur pembentuk teh hitam dan aroma teh hitam.
Tujuan dari fermentasi sendiri adalah untuk menghasilkan perubahan-perubahan
kimia yang menyebabkan air seduhan (liquor),
dan aroma serta rasa teh terasa enak. Lama fermentasi di hitung sejak pucuk di
masukkan dalam Open Top Roller sampai
bubuk dimasukkan ke pengeringan, waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi antara
110-180 menit.
Fermentasi umumnya menggunakan baki
alumunium yang di isi bubuk teh dengan tebal hamparan 2,5 cm – 7 cm, di susun
dalam rak dan di tempatkan dalam ruang fermentasi, yaitu ruangan yang biasanya
bersatu dengan ruang giling. Untuk mengetahui fermentasi berjalan baik atau
sudah masak, dapat dilihat dari warna bubuk. Suhu pada bubuk teh selama proses
fermentasi sekitar 270 0C s/d 320 0C. Selama proses
fermentasi terjadi perubahan warna pada bubuk dan timbulnya aroma harum pada
bubuk.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan menghentikan fermentasi
pada titik mutu optimal dan memantapkan sifat-sifat baik yang dicapai pada teh,
menurunkan kadar air sesuai yang dapat disimpan lama, mudah diangkat dan diperdagangkan,
tujuan dari semua yang paling utama adalah menghentikan reaksi oksidasi
polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai
keadaan optimal sehingga terbentuk rasa, warna, aroma.
Kadar air kering bubuk teh adalah minimum
2,5% dan maksimum 3%, bila terjadi kadar air dibawah 2,5% sebaiknya dihampar
dan bila terjadi kadar air diatas sebaiknya di peram. Kapasitas alat pengering
dipabrik teh sangat penting karena dengan mengetahui kapasitas pengeringan maka
akan diketahui kapasitas pabrik dan dapat diatur beberapa lama waktu
pengeringan untuk tiap seri pengeringan.
Bubuk teh kering yang keluar dari mesin
pengering segera dihamparkan untuk mencegah terjadinya bakey (suatu kondisi teh diseduh rasanya seperti gosong). Setelah
cukup waktunya maka teh dimasukkan dalam tong atau tempat penampungan dan
ditimbang untuk mengetahui jumlah teh kering yang dihasilkan, mengetahui berapa
derajat layunya, berapa jumlah randemen pada saat itu serta mengetahui
kenampakan, air seduhan, warna, dan aroma.
f. Sortasi Kering
Teh yang dihasilkan dari proses pengeringan
masih kotor karena mengandung debu, tangkai, dan kotoran yang lain, sehingga
perlu disortasi. Tujuan dari sortasi sendiri adalah memisahkan-misahkan teh
kering menjadi beberapa grade baik ukuran, warna, maupun beratnya sesuai dengan
standar perdagangan teh. Hasil dari pengeringan masuk kedalam sortasi untuk
dibersihkan dari serat dan tulang daun serta harus dikerjakan secepat mungkin
untuk menghindari kenaikan kadar air karena teh hasil pengeringan sifatnya
masih higroskopis yang akan merusak teh. Sortasi kering dilakukan untuk
memisahkan teh kering dalam jenis mutu dengan ukuran dan bentuk yang spesifik
dan homogen.
Artikel Sebelumnya :
No comments:
Post a Comment
Sebagai pembaca yang baik, koment yah. Makasih